Bisnis.com, JAKARTA – Pengembangan integrasi pengolahan rempah dari hulu ke hilir semakin mendesak untuk dilakukan demi menggenjot kinerja ekspor produk tersebut.
Duta Besar Dimas Samodra Rum yang juga Wakil Ketua Kelompok Kerja Diplomasi Ekonomi Kemlu RI, menyampaikan, sudah saatnya Indonesia menjual rempah dalam bentuk barang jadi bernilai tambah sehingga tidak lagi hanya mengekspor bahan mentah sebagaimana telah dilakukan beratus-ratus tahun.
Hal ini dikatakannya di dalam kegiatan Lokakarya Nasional dengan tema Revitalisasi Pembangunan Rempah Indonesia: Pengembangan Integrasi Hulu Hilir Rempah Indonesia yang digelar di Ternate pada 21-23 Oktober 2015, seperti disampaikan dalam situs resmi Kemlu, Senin (26/10/2015).
Acara ini digelar Direktorat Kerja Sama Intrakawasan Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Pemprov Maluku Utara, Kementerian Pertanian serta Dewan Rempah Indonesia (DRI) Pusat dan DRI Maluku Utara serta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
Dalam acara ini isu yang dibahas meliputi aspek kebijakan, peningkatan daya saing, teknologi pengembangan rempah, upaya peningkatan produktivitas, pengolahan dan penyimpanan, hingga pengembangan pasar rempah ke luar negeri.
“Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI di luar negeri terus berupaya meningkatkan akses pasar dan menjajaki peluang kerja sama dalam bentuk kemitraan maupun investasi di bidang pengolahan komoditas rempah untuk memberikan nilai tambah kepada rempah Indonesia” kata Direktur KSI Amerop, Dewi Gustina Tobing.
Sebagai upaya memperluas pasar luar negeri, digelar special session yang menghadirkan pembicara dari KBRI Brussel, perusahaan Verstegen Spice Group B.V. Belgia, dan International Pepper Community.
Ada juga business meeting antara pelaku usaha rempah Indonesia dengan pengusaha Verstegen Spice Group dari Belgia dan East Indian Agency Products dari Jepang yang diikuti sekitar tiga puluh orang eksportir, pengumpul, dan petani rempah.