Bisnis.com,JAKARTA--Pemerintah diharapkan kembali mengkaji efek positif dan negatif yang ditimbulkan terkait rencana bergabungnya Indonesia dalam Trans Pacific Partnership (TPP) yang diinisiasi Amerika Serikat.
Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Edi Wijanarko mengatakan bagi sektor sepatu dan alas kaki, Amerika merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan kontribusi mencapai 30% terhadap total ekspor sepatu di Indonesia. Uni Eropa menjadi pasar kedua terbesar setelahnya, dengan kontribusi sebesar 27%.
Kita sangat tergantung terhadap ekspor ke Amerika Serikat, kata Edi saat dihubungiBisnis, (27/10/2015).
Saat ini, Vietnam negara kompetitor ekspor sepatu dan alas kaki Indonesia telah bergabung menjadi anggota TPP. Dengan demikian, negara tersebut akan mendapatkan sejumlah fasilitas ekspor ke pasar Amerika, dan hal tersebut menjadi ancaman bagi para eksportir sepatu dan alas kaki Indonesia.
Kendati demikian, menurutnya pemerintah harus mengkaji kembali, tidak hanya hal positif saja dari kerja sama tersebut. Saat ini pun, lanjut Eddy, para pengusaha pun tengah melakukan pengujian sisi positif dan negatif dari TPP.
Itu saya serahkan kepada teman-teman pengusaha di Apindo, keputusannya seperti apa.
Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) E.G. Ismy mengatakan bagi sektor tekstil dan produk tekstil Amerika juga menempati posisi pertama negara tujuan ekspor diikuti Uni Eropa dan Jepang.
Itu pasar kita di sana. Tapi tetap kita harus pelajari apa yang, ka nada yang kita dapat dan apa yang harus kita berikan. Ini harus dikaji.
Ismy menyebutkan, produk Indonesia yang bersaing dengan negara anggota TPP untuk masuk ke pasar Amerika pasti akan kalah. Penyebabnya, negara-negara kompetitor tersebut mendapatkan fasilitas, baik itu berupa reduksi bea masuk, maupun bentuk fasilitas lainnya.
Untuk sektor pertekstilan, lanjut Ismy saat ini ekspor produk tersebut ke Amerika sudah cukup besar. Kinerja ekspor tersebut diyakininya akan semakin meningkat ketika Indonesia bergabung dengan TPP.
Tetapi dengan catatan, Indonesia juga mesti mempertahankan pasar dalam negerinya dengan memberikan dukungan di sektor listrik dan tenaga kerja untuk industri di dalam negeri. Dengan demikian, daya saing produk lokal di dalam negeri akan menguat.