Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co memproyeksikan laba bersih perusahaan sepanjang semester I/2025 akan mencetak rekor berkat peningkatan produksi pada proyek nikel di Indonesia dan kenaikan harga kobalt. Proyeksi ini membuat harga saham Huayou melonjak ke level tertinggi dalam hampir 4 bulan.
Melansir Bloomberg, Selasa (8/7/2025), menurut laporan pendapatan sementara Huayou, pemasok bahan baku baterai itu diperkirakan akan membukukan laba bersih sekitar 2,6 miliar yuan (US$360 juta) hingga 2,8 miliar yuan sepanjang Januari-Juni 2025. Pada angka proyeksi terendah, laba Huayou melonjak 56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun, saham Huayou di Shanghai tercatat naik 5,8% menjadi 39,5 yuan pada awal perdagangan Selasa (8/7/2025).
Huayou mencatatkan kinerja produksi yang kuat di dua proyek nikel-kobaltnya di Indonesia, dengan produksi melampaui kapasitas yang direncanakan di smelter Huafei dan tetap stabil di smelter Huayue. Perusahaan mampu menekan biaya produksi dan telah mengurangi ketergantungan pada bahan baku dari pihak ketiga.
Selain kinerja produksi, pemulihan pasar kobalt juga turut mendorong moncernya laba Huayou. Harga kobalt global telah melonjak sejak Februari, ketika pemasok utama Republik Demokratik Kongo memberlakukan larangan ekspor atas komoditas tersebut. Sementara itu, harga nikel di London Metal Exchange mencapai titik terendah sejak 2020 pada awal tahun ini.
Berdasarkan catatan Bisnis, Huayou memiliki sejumlah proyek smelter nikel di Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Halmahera, Maluku Utara, di antaranya proyek Huafei dan Huayue.
Baca Juga
Melansir laman resmi perusahaan, smelter Huafei mengadopsi teknologi high pressure acid leach (HPAL) generasi ke-4. Proyek ini memiliki banyak keunggulan seperti proses yang singkat, konsumsi energi yang rendah, dan ramah lingkungan.
Proyek ini dikembangkan oleh PT Huafei Nickel Cobalt, anak perusahaan dari Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd., dengan kepemilikan mayoritas sebesar 53% oleh Huayou.
Adapun, kapasitas produksi pada smelter tersebut mencapai 120.000 ton nikel dan 15.000 ton kobalt per tahun dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP). MHP merupakan bahan antara untuk produksi nikel sulfat, komponen penting dalam baterai kendaraan listrik. Proyek Huafei HPAL beroperasi sejak Juni 2023.
Kemudian, proyek Huayue disebut sebagai smelter HPAL terbesar di dunia. Proyek ini mengadopsi teknologi HPAL generasi ke-3, yang memiliki karakteristik ambang teknis tinggi, memiliki dampak signifikan bagi perkembangan industri, menerapkan konservasi energi dan ramah lingkungan, konservasi sumber daya, dan pemurnian yang komprehensif untuk berbagai logam bernilai.
Proyek ini dikembangkan PT Huayue Nickel Cobalt, perusahaan joint venture antara Zhejiang Huayou Cobalt Co.,Ltd., China Molybdenum Co.,Ltd., serta Tshingshan Holding Group. Smelter Huayue memproduksi nikel kobalt dengan kapasitas produksi sebesar 70.000 ton per tahun.
Selain itu, Huayou juga memiliki proyek smelter lain di IWIP, yakni Proyek Huake RKEF (rotary kiln electric furnace).Proyek itu merupakan fasilitas pengolahan nikel yang dikembangkan oleh PT Huake Nickel Indonesia, anak perusahaan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd.
Proyek Huake mengadopsi teknologi RKEF yang dikombinasikan dengan proses sulfidasi feronikel yang matang. Teknologi ini memungkinkan pengolahan bijih nikel laterit menjadi nikel matte, yang kemudian digunakan sebagai bahan baku untuk produksi prekursor baterai kendaraan listrik.
Fasilitas Huake RKEF memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 90.000 ton nikel dalam bentuk nikel matte.
Dalam perkembangan lain, Huayou juga akan mengambil alih posisi LG Energy Solution Ltd yang hengkang dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia. LG sebelumnya berkomitmen untuk berinvestasi senilai US$9,8 miliar atau setara Rp160,8 triliun (asumsi kurs Rp16.413 per US$) pada Proyek Titan dan Omega.
Adapun, Proyek Titan mencakup investasi pada proyek pertambangan nikel, smelter HPAL, pabrik prekursor/katoda, sementara Proyek Omega mencakup manufakturing sel baterai.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan groundbreaking proyek baterai konsorsium Huayou dan BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC) akan dilakukan sekitar September-Oktober 2025.