Bisnis.com,JAKARTA — Dewan Perwakilan Daerah alias DPD menilai target pertumbuhan ekonomi 2026 yang pemerintah patok di rentang 5,2% hingga 5,8% terlalu optimistis, karena masih terdapat ketidakpastian yang cukup tinggi di tingkat global maupun domestik .
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak menampik hal tersebut, tetapi DPD meminta pemerintah untuk tetap memberikan keyakinan bahwa ekonomi mampu tumbuh lebih tinggi dari tahun ini. Seperti diketahui, proyeksi ekonomi 2025 direvisi ke bawah dari 5,2% menjadi 5%.
“Kami akan memperhatikan pandangan dari DPD ini karena memang kita di satu sisi harus realistis, namun di sisi lain juga harus memberikan harapan positif dan optimisme,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Komite IV DPD, Rabu (9/7/2025).
Untuk itu, pemerintah bersama Badan Anggaran maupun Komisi XI DPR akan terus melihat faktor-faktor pendorong dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi tahun depan agar produk domestik bruto (PDB) meningkat sesuai harapan.
Adapun target pemerintah ini lebih tinggi dibandingkan asumsi Bank Indonesia untuk tahun depan yang sebesar 4,7% hingga 5,5%, tetapi lebih moderat dari target Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang berkisar antara 5,8%—6,3%.
Untuk mencapai target, pemerintah menyampaikan di depan DPD bahwa strategi pertumbuhan dari sisi permintaan atau demand side dengan menjaga daya beli melalui inflasi yang terkendali.
Baca Juga
Selain itu, penguatan efektivitas program unggulan seperti sekolah rakyat, Koperasi Merah Putih, dan Makan Bergizi Gratis.
Kemudian keberadaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan difokuskan untuk mendorong investasi di sektor strategis termasuk sektor yang bernilai tambah tinggi.
Sementara ekspor akan ditingkatkan melalui aktivitas hilirisasi dan diversifikasi produk dan pasar ekspor.
Dari sisi suplai, pemerintah turut memperkuat rantai pasok dan hilirisasi sektor pertanian melalui program MBG dan program B40. Maklum, sektor pertanian tumbuh cukup tinggi ketimbang lainnya, diprediksi hampir 6% pada 2025.
Strategi juga dilakukan dengan penguatan nilai tambah, linkages, dan daya saing. Kemudian melalui proyek strategis nasional (PSN), persampahan (waste to energy), perumahan, revitalisasi, dan pembangunan sekolah.
Sejauh ini, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang utama ekonomi domestik dengan kontribusi mencapai 54%. Sementara pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menyumbang 29% dan ekspor menjelaskan 27% pertumbuhan ekonomi.