Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi keramik menyatakan bahwa industri keramik Tanah Air siap mengembangkan teknologi terbaru untuk memproduksi keramik tipis berukuran besar atau yang biasa disebut slim tile.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga menjelaskan bahwa adapatasi teknologi tersebut akan membuat beban produksi lebih efisien dengan penggunaan energi yang lebih hemat karena memproduksi dengan ukuran besar. Selain itu, dari sisi pengguna, waktu pemasangan akan lebih cepat sehingga dapat menekan biaya pemasangan keramik.
“Memang di awal harus ada pelatihan untuk itu karena memerlukan metode khusus. Tapi ke depannya akan lebih cepat. Bahkan untuk membuat dipasangkan di dinding sekalipun, pasti akan lebih cepat dibanding jika menggunakan 60 cm x 60 cm seperti selama ini,” ujarnya pada Bisnis belum lama ini.
Dia mengatakan bahwa adaptasi teknologi slim tile ini bisa mengurangi impor keramik berukuran lebar yang saat ini masih minim diproduksi di Indonesia. Saat ini, produsen keramik Indonesia masih membuat keramik paling besar berukuran 0,8 m x 0,8 m maupun 1 m x 1 m.
Adapun teknologi yang baru muncul di Eropa sekitar 3 tahun lalu ini dapat memproduksi keramik dengan lebar 1,2 m atau 1,5 m, dan panjang maksimal 4,8 m, dengan ketebalan 0,4 mm atau 0,8 mm.
“Ini akan dapat mengimbangi impor keramik dari luar, yang masih belum banyak dibuat di Indonesia. Jadi dengan produksi 1,2 m x 3,6 m, bisa dipotong jadi 3. Proses produksi lebih cepat, hasil lebih lurus, kualitas juga pasti lebih baik, terlebih keramik impor selama ini homogen, dalam artinya motifnya terbatas,” katanya.
Kendati enggan menyebutkan nama perusahaan yang mengembangkan teknologi tersebut, Elisa menyatakan bahwa saat ini produsen tersebut sudah masuk tahap awal realisasi investasi, yang keseluruhan prosesnya diperkirakan akan rampung sekitar 1 tahun hingga 1,5 tahun lagi.