Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman juga memproyeksikan kinerja yang lebih baik pada tahun depan.
Alasannya, saat ini ekonomidunia sudah sangat rendah sekali. Sementara prediksi beberapa lembaga seperti IMF dan Bank Dunia memprediksikan ekonomi yang lebih baik pada tahun depan, teramsuk di Indonesia.
"Prospeknya lebih baik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan antara 5,1% - 5,5%," kata Adhi, Rabu (2/12/2015).
Selain proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut, harga komoditas pada tahun depan diyakini juga akan membaik. Hal tersebut akan memberikan dampak positif terhadap daya beli masyarakat yang masih mengandalkan komoditas.
Ditambah lagi, kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah pada tahun ini, baru akan dapat dirasakan dampaknya pada tahun depan. Biaya PLN, Gas, BBM, termasuk soal pengupahan, diharapkan akan menurunkan biaya produksi.
Saya lihat pasar ASEAN ini 40% di Indonesia. Modal bagi Indonesia sudah enak, kita sudah punya market, sisanya kita tinggal menyerang negara lain.
Adapun, pada tahun ini, kinerja ekspor makanan dan minuman tahun ini diperkirakan melemah dibanding tahun lalu. Jika pada tahun lalu nilai ekspor makanan dan minuman mampu mencapai US$6,3 miliar maka diperkirakan nilai ekspor tahun ini hanya mencapai US$6 miliaratau turun 4,76%.
Penurunan tersebut, menurut Adhi dipengaruhi karena pelemahan ekonomi dunia yang menyebabkan adanya perlambatan permintaan. Di sisi lain, ada beberapa pekerjaan rumah yang memang belum diselesaikan seperti masalah tarif masuk ke pasar ekspor, standar produk ekspor, regulasi, label, dan sebagainya.
Negara-negaraemerging marketseperti Afrika, Amerika Selatan memiliki potensi pasar yang besar, tetapi memiliki tarif masuk yang cukup tinggi. Untuk itu, pemerintah harus merundingkan melalui pendekatangovernment to government,agar Indonesia mendapatkan fasilitas penurunan tarif.
Sementara itu, berbicara mengenai standar keamanan pangan, negara-negara maju menerapkan hal tersebut dengan sangat ketat, dan semakin meningkatkan standarnya setiap tahun. Hal tersebut membuat eksportir dalam negeri kelabakan, terutama pengusaha-pengusaha kecil. Untuk itu, diharapkan pemerintah bisa membantu pelaku usaha untuk menyiapkan daya saingnya.