Bisnis.com, JAKARTA -- Pengusaha otobus menilai konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas akan menguras biaya yang besar karena pemerintah belum menyiapkan infrastruktur yang memadai.
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengaku tak terlalu sepakat dengan wacana penggantian bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG). Menurutnya, pemerintah belum siap membangun sejumlah infrastruktur baru untuk BBG.
"Wacana itu sudah lama, belum ada pembahasan lagi tetapi saya kurang sepakat dengan hal itu karena pemerintah nampaknya belum siap," ungkap Kurnia kepada Bisnis, Kamis (7/1/2015).
Selain ketidaksiapan pemerintah membangun infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di seluruh Indonesia, Kurnia juga menilai jumlah investasi converter kit yang terlampau besar membuat pengusaha enggan untuk beralih ke BBG.
"Kalau SPBG hanya di Pulau Jawa, bagaimana nasib kebutuhan mengisi bahan bakar kendaraan berjalan hingga ke luar Jawa? Hal seperti ini masih harus dipikirkan," sambungnya.
Kurnia menyarankan jika wacana itu ingin dilanjutkan pada 2016, sebaiknya pemerintah Indonesia mencontoh pemerintah Thailand yang berhasil menyiapkan semua kebutuhan tabung gas kepada setiap operator kendaraan bermotor.
Hal itu membuat pengusaha tak perlu meronggoh ongkos terlalu dalam.
"Jika mengonversi BBM ke BBG saja pengusaha diminta melakukan investasi sendiri sulit, karena biayanya cukup besar dan itu memberatkan kami," terangnya.