Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri keramik menantikan kepastian penurunan harga gas industri untuk dapat memulihkan kondisi industri yang sudah turun hingga 30% pada 2015.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengatakan bahwa sepanjang tahun lalu, industri keramik menurun tajam akibat pelemahan permintaan yang disebabkan oleh perlambatan ekonomi.
Sepanjang 2015, kelesuan pasar domestik berdampak pada penurunan jam kerja hingga pengurangan tenaga kerja. Kendati secara umum pelaku industri turun 30%, namun ada juga yang penurunan produksinya berkurang hingga 70%. Menurut Elisa, penurunan harga gas akan bisa membantu para pelaku usaha yang sudah di ambang batas.
“Industri sekarang sedang dalam kondisi sulit. Kalau pemerintah tidak bisa menjalankan apa yang sudah dijanjikan, itu akan luar biasa beratnya bagi beberapa industri keramik,” ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.
Dalam Paket Kebijakan Ekonomi III yang diluncurkan September 2015, pemerintah menjanjikan untuk mengurangi harga energi, salah satunya harga gas untuk beberapa industri yang dikhususkan. Penurunan tersebut direncanakan berlaku sejak 1 Januari 2016, namun hingga kini pemerintah menyatakan masih ada beberapa aturan yang perlu dirumuskan.
Elisa menjelaskan bahwa kapasitas produksi pada 2015 diperkirakan hanya mencapai 370 juta meter persegi, turun cukup jauh dibanding 2014 yang berkisar 490 juta meter persegi. Menurutnya, yang terpenting pada saat ini ialah membuat industri yang sudah ada bisa bertahan.
“Harga gas itu diharapkan bisa membuat industrinya survive dulu. Kalau tidak, banyak industri yang akan tidak bisa bertahan lama. Kalau sudah survive, dia akan siap andaikan ekonomi membaik, tinggal mengikuti permintaan dari properti saja. Akan bisa mudah meningkatkan produksinya,” jelasnya.