Bisinis.com, JAKARTA- Kamar Dagang dan Industri Indonesia menilai minimnya infrastruktur menyebabkan biaya logstik melonjak di samping sistem administrasi Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK.
Ketua Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani mengatakan dalam beberapa tahun tahun terakhir Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi yang disebabkan salah satunya oleh tingginya biaya logistik yang terkait dengan minimnya infrastruktur.
“Biaya logistik di Indonesia mencapai 30% dari total produk. Selain itu, industri tidak dibangun secara terintegrasi dalam satu kawasan, hulu hingga hilir juga jauh dengan pelabuhan,” ungkap Rosan dalam rilis yang diterima Bisnis (15/1/2016).
Menurutnya, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia umumnya belum terintegrasi. Meski ada badan otorita, kewenangan pemerintah masih terbesar. Banyak urusan administrasi yang berbeda-beda berada di pihak lain. Dia mencontohkan, urusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) masih harus ditangani pemerintah daerah, dan pajak masih dipungut Kementerian Keuangan.
"Mestinya semua izin dan pungutan itu diserahkan ke otorita," Kata Rosan.
Dia melanjutkan, pengembangan industri di Indonesia bisa difokuskan pada sejumlah bidang, yakni industri yang berhubungan dengan kemaritiman, energi, agribisnis, dan pariwisata jika melihat dari material yang tersedia di Indonesia. Meski demikian, hal itu tanpa mengecilkan pengembangan industri penunjang lainnya.
Rosan menambahkan, Indonesia juga berpotensi besar untuk mengembangkan industri manufaktur yang ditopang industri baja dan besi yang diharapkan bisa tumbuh pula untuk realisasi pengembangan infrastruktur dan mendukung momentum pembangunan industri-industri lainnya.