Bisnis.com JAKARTA - Dirjen Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tuti Hendrawati Mintarsih mengatakan bahwa jumlah pengolah limbah saat ini belum seimbang dengan jumlah industri yang ada.
Ia mengatakan bahwa hanya ada satu perusahaan yang melakukan pengolahan limbah secara terpadu, yaitu Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLi). Yang lainnya masih mengelola pada satu sektor saja atau parsial, misalkan pengolah limbah kesehatan. "Dengan jumlah yang belum merata inilah yang membuat biaya pengelolaan limbah jadi agak mahal," katanya pada Kamis (25/2/2016).
Dari data yang dirilis oleh KLHK, hampir dari 1.550 izin dan rekomendasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), pengangkutan yang dilakukan jumlahnya sudah mencapai 1.108, tapi yang diolah dan dimanfaatkan baru berjumlah 251 sisanya ditimbun, dumping, dan masih dikumpulkan. Artinya, sistem pengelolaan limbah B3 industri memang masih belum efektif.
Menanggapi hal ini, Direktur Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 & Non B3 Sayid Muhadhar mengatakan bahwa akan ada investasi yang dilakukan beberapa perusahaan pengelolaan limbah seperti Dowa yang akan membangun pabrik di Jawa Timur dan PT Pria sebagai pengolah limbah industri terintegrasi.
"Untuk mengatasi kekurangan industri pengolah limbah, Indonesia mengekspor limbah B3 ke negara-negara yang memiliki teknologi untuk mengolah limbah tersebut. Untuk limbah B3 seperti merkuri kami ekspor ke Belanda karena di sana ada cleaning center untuk merkuri," katanya.
Namun, ia mengatakan ekspor untuk limbah merkuri nilainya minus karena negara yang membayar kepada negara penerima limbah tersebut. Di samping itu, ada pula limbah yang diekspor dengan nilai plus seperti katalis dan mill scale.