Bisnis.com, Jakarta- Bank Indonesia melaporkan perlambatan pertumbuhan uang yang beredar di masyarakat sebesar 7,2% secara tahunan pada Februari 2016. Bulan sebelumnya tercatat sebesar 7,7% secara tahunan.
Posisi kredit yang disalurkan oleh perbankan pada akhir Februari tercatat sebesar Rp3.996,6 triliun atau tumbuh 8%, sedangkan bulan sebelumnya tercatat 9,3%. Perlambatan penyaluran kredit terutama terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi.
Eric Alexander Sugandi, Senior Economic Analyst Kenta Institute mengatakan gejala perlambatan pertumbuhan uang dan penurunan posisi kredit perbankan belum mengindikasikan adanya pelemahan ekonomi. Dia memperkirakan hal itu juga dipengaruhi aksi korporasi yang telah meminjam uang di bank untuk investasi pada Januari 2016.
Dia masih memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal I/2016 ada di level 5% atau lebih tinggi dibanding kuartal IV/2015 dengan laju konsumsi rumah tangga sekitar 5,0%-5,3%.
"Tapi juga harus melihat kemungkinan bahwa perusahan-perusahaan sudah pinjam di Januari, kemudian Februari tidak pinjam sebanyak di Januari. Ada kemungkinan seperti itu," katanya.
Pertumbuhan kredit menginjeksi ke sistem perekonomian sehingga ketika terjadi perlambatan otomatis uang yang beredar di mayarakat dalam bentuk kartal dan giral juga mengalami perlambatan.
Padahal, BI telah menurunkan suku bunga acuan total 50 basis poin pada Februari 2016. Sementara, suku bunga acuan telah terpangkas hingga 75 basis poin pada Maret 2016 dan Giro Wajib Minimum baru aktif per 16 Maret 2016.
Menurutnya, untuk melihat kondisi perekonomian perlu mencermati perlambatan uang yang beredar dalam tiga bulan berturut-turut. Jika mengalami tren yang melambat, dia berpendapat ada yang salah dalam kebijakan transmisi moneter.
Kalau trennya melambat, ada yang salah dalam kebijakan transmisi moneternya. Kita lihat saja dulu. Akan melihat sekitar 3 bulan berturut-turut, tapi itu subjektif, tidak ada dalam ilmu ekonomi, ucapnya.