Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor produk kerajinan Indonesia ke Arab Saudi meroket, baik dari segi volume maupun nilai.
Ekspor ke Saudi Arabia selama Januari-Februari mencapai 227 ton dengan nilai US$1,25 juta. Dari segi kuantitas meningkat 147,45% dan bertambah 107,5 % dari sisi nilai dari tahun lalu.
Secara umum, ekspor produk kerajinan Indonesia ke luar negeri pada awal tahun 2016 kian membaik dan menunjukkan pertumbuhan, kendati angkanya cukup tipis.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Nus Nuzulia Ishak mengatakan ekspor kerajinan Indonesia pada tahun 2015 mencapai US$704,22 juta, meningkat 1,42% dari 2014 sebesar US$694,34 juta.
"Sedangkan ekspor pada Januari-Februari 2016 ini mencapai US$114,09 juta, meningkat 3,74% dibandingkan ekspor periode yang sama sebesar US$109,98 juta," katanya saat ditemui di sela-sela pembukaan Inacraft di Jakarta, Rabu (20/4).
Saudi Arabia, Swedia dan Pakistan menjadi negara-negara tujuan ekspor produk kerajinan asal Indonesia dengan pertumbuhan paling besar pada awal tahun ini.
Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan ekspor produk kerajinan ke negara tersebut meroket, baik dari segi volume maupun nilai. Ekspor ke Saudi Arabia selama Januari-Februari mencapai 227 ton dengan nilai US$1,25 juta. Dari segi kuantitas meningkat 147,45% dan bertambah 107,5 % dari sisi nilai dari tahun lalu.
Pada periode yang sama, ekspor ke Swedia mencapai 137 ton dengan nilai US$895.000, tumbuh 17,76% dari segi volume serta 91,76% dari segi nilai.
Adapun, ekspor ke Pakistan meningkat 37,23% dari segi volume menjadi 3.098 ton dengan nilai sebesar US$1,66 juta, meningkat 61,32%.
Secara keseluruhan, negara dengan share ekpsor paling besar masih sama seperti tahun lalu, yakni Amerika Serikat sebesar 47,58%, disusul Jepang (9%), Malaysia (6,16%), dan Inggris (4%).
Produk kerajinan yang menjadi komoditas paling besar yakni wig dan bulu mata palsu.
"Seperti tahun lalu, produk ini masih mendominasi ekspor kerajinan kita. Produk asal Jawa Tengah ini masih menjadi primadona, disusul produk woodframe dan patung-patung," ujarnya.
Produk-produk lain yang dianggap memiliki potensi bagus yakni fesyen dan perhiasan. Negara yang potensial menjadi pasarnya yakni kawasan Uni Emirat Arab.
"Saya kira produk fesyen Indonesia mulai dari baju, sepatu, dan perhiasan, bisa menjadi primadona untuk menggenjot ekspor. Namun ini harus menjadi pekerjaan bersama antara Bekraf dengan Kemendag," tuturnya.
Untuk mendorong produksi produk yang sesuai dengan selera pasar, saat ini Kemendag bekerjasama dengan pihak terkait seperti Kemenperin memfasilitasi dengan membangun design center.
Pusat desain ini nantinya akan diresmikan oleh Menteri Perdagangan pada bulan Juni mendatang sebagai wadah bagi mahasiswa dan pelaku UKM dalam berinovasi.
"Kami menyebutknya program design dispatc services, di mana para desainer asing mendampingi pelaku usaha dalam berproduksi. Ini sudah kita terapkan di Cirebon dengan mendatangkan desainer Jepang," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan pihaknya juga mendukung pengembangan kewirausahaan dengan memberikan pelatihan. Adapun untuk jaringan pemasarannya dilakukan lewat pameran seperti Inacraft bekerja sama dengan Asephi.
"Target kami sampai 2019 menciptakan 20.000 unit usaha kecil menengah dan 9.000 usaha skala besar," kata Saleh Husin.
Dia menuturkan, saat ini total industri skala menengah sekitar 98% dari seluruh unit usaha. Akan tetapi kontribusinya terhadap PDB masih berkisar 34%-35%.