Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah berencana membangun jembatan apung yang akan menghubungkan Desa Ujung Alang dengan Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Teknologi jembatan apung sepanjang 40 meter ini akan dilaksanakan bulan ini.
Kepala Balitbang PUPR Arie Setiadi Murwanto mengatakan setelah melakukan pengamatan dari lokasi pembangunan jembatan lebih memungkinkan menggunakan teknologi apung dibandingkan dengan teknologi pancang. Hal itu dikarenakan sedimen pada lokasi memiliki kedalaman hingga 20 meter.
“Kalau pun ingin dibangun dengan pancang, pembangunan jembatan ini akan membutuhkan dana yang sangat besar. Sementara teknologi apung biaya produksinya lebih murah, juga mudah dibongkar-pasang atau dipindah-pindah,” katanya sebagaimana dilansir keterangan resminya yang dikutip pada Minggu (8/5/2016).
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) telah memulai perancangan jembatan dan langsung melakukan trial assembly jembatan apung pada bulan Januari hingga April 2016.
Sementara itu Sekretaris Daerah setempat, Sutarjo, mengatakan bahwa salah satu permasalahan yang dialami masyarakat Kampung Laut adalah sulitnya akses transportasi penghubung antar wilayah dan juga permasalahan tingginya sedimentasi di Laguna Segara Anakan.
Selain mengenai jembatan di Kampung Laut, dia menjelaskan permasalahan sedimentasi di Segara Anakan juga menjadi pokok masalah yang harus segera ditangani.
Pendangkalan yang disebabkan material yang terbawa oleh aliran Sungai Citanduy telah menimbulkan banjir dan terhambatnya akses kapal-kapal yang lewat akibat dari pendangkalan tersebut.
Guna mempertahankan keberadaan Laguna Segara Anakan, Arie mengatakan terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh yakni program pengendalian sedimen sungai, mengatur tata letak muara sungai Citanduy serta pengerukan secara bertahap.
Dia menjelaskan pengerukan bertahap akan dilakukan di alur pelayaran, yaitu Plawangan Barat dan alur transportasi Cilacap dan Majingklak, serta normalisasi anak-anak sungai yang bermuara di laguna Segara Anakan.
Sebelumnya pada 2004 pernah dilakukan pengerukan sebanyak 544 Ha atau 9 juta meter persegi dengan rata-rata kedalaman 1,75 m, namun kondisi ini tidak berlangsung lama karena saat ini kondisi sudah menjadi dangkal kembali.