Bisnis.com, JAKARTA - Survei Bank Indonesia menunjukkan indeks harga properti komersial sepanjang kuartal pertama tahun ini tumbuh negatif akibat turunnya permintaan yang terjadi hampir di semua sektor.
Indeks harga properti komersial pada kuartal I/2016 tumbuh -0,01%, padahal di kuartal sebelumnya masih bisa bertumbuh 0,39%.
Bank Indonesia menyebutkan kontraksi tersebut terjadi akibat penurunan permintaan, khususnya pada kamar hotel, dan strategi manajemen maupun pengembang untuk menjaga okupansi perkantoran serta apartemen sewa agar tidak turun.
Turunnya permintaan kamar hotel di kuartal pertama tahun ini mencapai -4,57% dibandingkan kuartal sebelumnya akibat faktor seasonal yang menyebabkan turunya harga sewa. Sementara itu, turunnya harga apartemen sewa disebabkan karena meningkatnya pasokan ke pasar.
Penurunan harga segmen perkantoran terjadi baik pada perkantoran sewa maupun strata. Penurunan harga perkantoran sewa terjadi pada seluruh tipe, khususnya yang berlokasi di Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan dan Surabaya.
Sedangkan penurunan harga jual perkantoran strata terjadi pada perkantoran yang berlokasi di luar wilayah pusat bisnis atau central business district (CBD) baik di Jakarta maupun Surabaya.
Secara tahunan, harga properti komersial memang masih meningkat, tetapi sangat rendah, yakni hanya 2,13%. Bandingkan dengan pertumbuhan tahunan kuartal sebelumnya yang mencapai 20,05%.
Pertumbuhan pasokan properti komersial di kuartal I/2016 masih menunjukkan peningkatan, yakni 0,74% secara triwulanan. Meski demikian, tingkat pertumbuhan ini masih lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 0,77%.
“Pertambahan pasokan properti komersial tertinggi pada triwulan I/2016 terutama terjadi pada segmen apartemen (6,11%, qtq), hotel (2,90%, qtq) dan convention hall (2,34%, qtq),” tulis laporan bank sentral yang dikutip Jumat (20/5/2016).
Di sisi lain, permintaan terhadap properti komersial di kuartal I/2016 tumbuh melambat. Indeks permintaan properti komersial kuartal I/2016 hanya meningkat 0,38% secara triwulanan, melambat jika dibandingkan pertumbuhan triwulanan kuartal sebelumnya yang mencapai 0,53%.