Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia melaporkan inflasi pada pekan kedua Juli 2016 menunjukkan penurunan dari pekan pertama. Survei BI pada pekan kedua menunjukkan inflasi sebesar 1,18%, sedangkan inflasi pekan pertama mencapai 1,2%.
Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan hasil survei inflasi Juli 2016 lebih tinggi dari pencapaian Juni 2016 merupakan efek dari kenaikan tarif angkutan udara dan gangguan distribusi karena kemacetan.
“Itu mempengaruhi harga-harga komoditas pangan seperti cabai di pekan pertama inflasinya naik 32%, tapi yakini di minggu mendatang inflasinya ke bawah,” ujarnya, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/7/2016).
Inflasi pada periode Juni 2016 tercatat sebesar 0,66% (mtm) atau 3,45% (yoy). Level itu relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode Ramadan dalam empat tahun terakhir. Inflasi terjadi di semua komponen dan terutama bersumber dari komponen bahan makanan bergejolak (volatile foods) dan komponen barang yang diatur pemerintah (administered prices).
Inflasi komponen volatile foods terutama bersumber dari peningkatan harga beberapa komoditas bahan pangan seiring dengan meningkatnya permintaan di bulan Ramadan. Sementara itu, inflasi komponen administered prices didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara, tarif angkutan anta kota serta penyesuaian tarif listrik akibat kenaikan harga minyak dunia.