Bisnis.com, KREUNG RAYA—PT Pelindo I meyakini biaya pengiriman barang dari Jakarta ke Aceh melalui angkutan laut akan lebih hemat 50% ketimbang moda angkutan darat, menyusul beroperasinya layanan peti kemas di Pelabuhan Malahayati.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I Bambang Eka Cahyana mengatakan selama ini pelabuhan terbesar di Aceh tersebut sudah lama tidak melayani kapal peti kemas karena tidak didukung dengan peralatan bongkar muat yang memadai.
“Makanya kami beli satu unit HMC [harbour mobile crane] seharga Rp50 miliar agar perusahaan pelayaran itu berminat untuk membuka pelayaran kapal peti kemas reguler di Malahayati,” ujarnya di Kreung Raya, Jumat (05/08).
Bambang menambahkan upaya Pelindo I tersebut akhirnya membuahkan hasil. Sebanyak dua operator pelayaran antara lain PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. (TMAS) dan Kanaka Line kini mulai membuka pelayaran peti kemas di Malayahati.
Rencananya, TMAS akan melakukan pelayaran satu kali/pekan dengan rute Tanjung Priok-Belawan-Malahayati. Sementara, Kanaka Line sebanyak dua kali/bulan dengan rute Tanjung Priok-Belawan-Lhokseumawe-Malahayati.
“Saya yakin dengan bertambahnya muatan disini, produktivitas bagus, biaya masuk akal, jumlah kapal peti kemas juga bersandar lebih banyak lagi. Harapan kami, seluruh pengiriman barang dari Jakarta ke Aceh bisa berpindah melalui moda laut,” tuturnya.
Sejalan dengan itu, lanjut Bambang, beroperasinya pelayanan kapal peti kemas di Malahayati juga menandakan bahwa Program Tol Laut yang menjadi tanggung jawab Pelindo I di Aceh kini resmi dimulai.
Dia juga berharap Pemerintah Provnsi Aceh dapat ikut mendukung keberlangsungan pelabuhan tersebut antara lain dengan meninjau kembali aturan pembatasan tonase di jalan darat, sehingga pengiriman barang melalui jalur laut dapat lebih menggeliat.
Sementara itu, Komisaris PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. (TMAS) Alfred Natsir menilai Pelabuhan Malayahati berpotensi menjadi salah satu pelabuhan besar di Indonesia mengingat posisi Aceh berada di Selat Malaka.
“Selat Malaka merupakan alur pelayaran tersibuk di dunia. Jumlah kapal petikemas yang singgah di pelabuhan-pelabuhan yang berada di Selat Malaka mencapai kurang lebih 65 juta TEUS/tahun,” katanya.
Sayangnya, Alfred mengungkapkan bahwa dari kapasitas 65 juta TEUS tersebut, kapal petikemas yang singgah di Indonesia hanya 1,5 juta TEUS. Sedangkan, negara tetangga seperti Singapura mencapai 35 juta TEUS dan Port Klang Malaysia sekitar 16 juta TEUS.
Oleh karena itu, lanjutnya, untuk menjadikan Aceh mempunyai pelabuhan besar diperlukan tiga hal utama a.l. pertama, harus ada kargo yang bisa diangkut, dimana bentuknya dapat berupa cargo transhipment atau kargo asal dan tujuan.
Kedua, pembangunan pelabuhan modern dengan standar internasional. Hal ini memerlukan dukungan tata ruang, modal investasi dan kemudahan perizinan. Ketiga, keberadaan kapal peti kemas.
“Insya Allah, dengan masuknya Temas Line ke Malahayati, kami juga melirik pelabuhan-pelabuhan lain di Aceh seperti Nagan Raya, Lhokseumawe, dan Kuala Nangsa. Kami harap transportasi dari dan ke Aceh menjadi lebih lancar dan efisien,” tuturnya.
Pelindo I Klaim Biaya Logistik Jakarta-Aceh via Laut Hemat 50%
PT Pelindo I meyakini biaya pengiriman barang dari Jakarta ke Aceh melalui angkutan laut akan lebih hemat 50% ketimbang moda angkutan darat, menyusul beroperasinya layanan peti kemas di Pelabuhan Malahayati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ringkang Gumiwang
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
11 jam yang lalu