Bisnis.com, HONG KONG - Sulikah, 37 tahun, sudah 12 tahun berada di Hong Kong dalam dua kurun waktu yang terpisah.
Dia datang ke Hong Kong pertama kali pada 16 tahun yang lalu. Setelah menetap di sana selama 4 tahun dia pulang ke kampungnya di Giripurno, Batu, Jawa Timur.
Sulikah kemudian menikah dan punya anak. Empat tahun kemudian, dia kembali lagi bekerja di Hong Kong hingga saat ini.
Sambil bekerja sebagai asisten rumah tangga, Sulikah yang lulusan SMA ini belajar wirausaha. Dibantu keluarganya di kampung, dia membuka toko kelontong yang katanya saat ini terus berkembang.
Di Hong Kong, Sulikah dan teman-temannya belajar wirausaha melalui kelas wirausaha mikro yang diselenggarakan oleh Bank BRI.
"Kami diajari teori-teorinya. Bagaimnana cara membuat rencana bisnis kemudian praktik untuk mewujudkannya," jelasnya kepada wartawan di kantor BRI Hong Kong pada Rabu (21/9/2016).
Salah satu praktik yang dikerjakan kelompoknya, kata Sulikah, adalah membuat sambal hijau kemudian belajar begaimana melakukan branding atas produk itu.
"Pertemuan dilakukan seminggu sekali dengan teori dan permainan agar kami paham," ujarnya didampingi Ayya Mujiah, 35 tahun, TKW asal Wonosobo yang juga ikut kelas wirausaha mikro BRI itu.
Mengapa Sulikah dan kawan-kawannya memilih mengisi libur yang hanya seminggu sekali itu dengan ikut kelas belajar? "Kalau libur di luar malah capek. Capek fisik dan capek uang," kelakarnya.
Ayya Mujiah menjelaskan saat ini sudah ada tiga angkatan peserta kelas wirausaha mikro BRI. Mereka membuat kelompok yang diberi nama Anggun Cinta Perdana sebagai kombinasi dari nama masing-masing angkatan peserta kelas wirausaha. Kelompok ini juga punya baju seragam yang saat itu dikenakan oleh Ayya dan Sulikah.
Ayya ingin merintis usaha pakaian dengan dukungan tetangga dan kerabatnya di kampung halaman.
Roby Firmansjah Sastraatmadja, Chief Representative BRI Hong Kong, mengatakan pihaknya membuat kelas wirausaha mikro yang ditujukan untuk mengajarkan wirausaha kepada para TKW di Hong Kong. Program ini mulai dijalankan tahun lalu dengan periode kelas per angkatan selama tiga bulan.
"Setiap angkatan pesertanya maksimal 30 orang agar fokus ke minat dari masing-masing individu. Di kelas ini tidak ada perbedaan perlakuan meskipun latar belakang tingkat pendidikan pesertanya berbeda-beda," ujarnya.
Berdasarkan pengalaman pada pembinaan kelas angkatan pertama, ditetapkan peiode pengajaran selama tiga bulan. Jumlah pendaftar, katanya, membeludak hingga 100 orang, namun tidak semuanya bisa diakomodasi.
Peserta diseleksi untuk memastikan bahwa mereka benar-benar memiliki minat untuk membuka usaha, bukan sekadar ikut-ikutan.
Dalam kelas wirausaha mikro itu diajarkan mengenai sejumlah teori dan praktik wirausaha, termasuk di dalamnya mengenai cara membuat neraca keuangan sederhana. "Ada peserta lulusan SD yang sudah bisa membikin neraca sederhana, tahu tentang aset, utang, laba, rugi."
Kesulitan terbesar dalam penyelenggaraan kelas wirausaha ini, kata Roby yang juga bertindak sebagai pengajar, adalah mengubah pola pikir (mindset).
Roby menjelaskan saat ini ada sekitar 170.000 warga Indonesia di Hong Kong dan 80% di antaranya adalah TKW.
Cerita TKW Belajar Wirausaha di Hong Kong
Sulikah, 37 tahun, sudah 12 tahun berada di Hong Kong dalam dua kurun waktu yang terpisah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Setyardi Widodo
Editor : Setyardi Widodo
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
11 jam yang lalu