Bisnis.com, MATARAM - Guna mengurangi beban penyimpanan beras, NTB melakukan pengiriman beras ke NTT sejumlah 4000 ton.
Untuk itu, Perum Bulog Divisi Regional (Divre) NTB memprogramkan pengalihan stok yang ada di NTB ke daerah yang defisit beras, contohnya ke Divre Provinsi NTT.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu mengatakan realisasi pengadaan beras telah mencapai 116.000 ton dari total realisasi penyerapan beras atau gabah Provinsi NTB 2016 sebanyak 150.000 ton.
“Walaupun target penyerapan beras masih kurang 34.000 ton, namun sesuai perhitungan yang dilakukan oleh Perum Bulog Divre NTB stok beras kita cukup banyak, baik untuk kebutuhan Rastra, Raskin dan cadangan beras pemerintah. Kami masih punya ketahanan stok sampai 8 bulan ke depan,” ujar Wahyu dalam keterangan resmi yang diterima di Mataram, Senin (10/10/2016).
Wahyu juga meminta bantuan kepada pemerintah dan kepolisian untuk pengawasan dalam distribusi Rastra dan Raskin, serta operasi pasar sampai ke masyarakat yang membutuhkan.
Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi NTB L. Gita Aryadi mengatakan kegiatan pengiriman beras ke Provinsi NTT secara strategis, politis dan teknis sangat menguntungkan NTB.
“Artinya bahwa, NTB baik dalam MP3EI ditugaskan oleh negara sebagai pintu gerbang pariwisata dan penopang pangan nasional dengan pengiriman ini, maka tugas negara sudah kita tunaikan dengan baik. Kita mampu memproduksi dengan baik dan mencukupi kebutuhan beras sampai bulan Mei 2017,” ujar Gita.
Sebagai satu dari tujuh provinsi yang menjadi lumbung beras nasional, NTB melakukan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan beras nasional.
Salah satu caranya adalah dengan membangun empat bendungan besar, antara lain bendungan Rababaka kompleks, yakni Bendungan Tanju Dan Mila, bendungan Bintang Bano dan bendungan Mujur yang ditargetkan selesai pada 2018.
Dengan pembangunan empat bendungan baru tersebut, akan meningkat produksi beras di daerah baru dan semakin mengukuhkan NTB sebagai lumbung padi nasional.