Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dan pelaku usaha sepakat untuk meningkatkan aspek security dan safety pada era Open Sky menggunakan teknologi industri penerbangan sesuai arahan dari International Civil Aviation Organization melalui beleid Annex 17.
Kadek Bayu Temaja, Corporate Security PT Garuda Indonesia (Persero) mengatakan untuk mengoptimalisasi ekonomi pada industri penerbangan maka pemerintah dan pihak terkait harus menyusun rangkuman tantangan-tantangan apa yang akan dihadapi dengan memasuki era Open Sky. Tidak hanya serta merta menyusun sistem security dan safety berbasis teknologi.
“Harus ada database apa saja ancaman yang mengintai industri penerbangan baik ancaman lokal maupun internasional, dan membuka informasi tersebut apa yang berpotensi terjadi sekarang dan di masa yang akan datang,” terang Kadek Bayu pada Seminar Aiports Solutions, di Jakarta Convention Center, Kamis (10/11).
Dia menjelaskan terkait security dan safety, pada umumnya maskapai penerbangan juga menghadapi banyak masalah khususnya pada threat database misalnya ancaman bom, dan current threats misalnya kejahatan cyber dan penyelundupan atau hijacking.
Dia menyebut, untuk menerapkan teknologi pada setiap bandara operator harus melakukan kajian terlebih dahulu karena setiap bandara memiliki karakteristik yang berbeda.
Kasubdit Standarisasi Kerjasama dan Program Keamanan Penerbangan Kementerian Perhubungan, Dwi Afriyanto mengatakan ada banyak kasus di dunia yang menjadi pembelajaran bagi industri penerbangan. Misalnya; pengeboman Bandara Brussels pada 22 Maret 2016 lalu, dan serangan di Bandara Attaturk, Turki, pada 28 Juni 2016.
“Oleh sebab itu pemerintah kini sangat mengikuti requirement dan standar teknologi semua dari ICAO
Kata Dwi, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan akan mengevaluasi sistem keamanan dan keselamatan sesuai petunjuk ICAO yang tertuang dalam Annex 17 tentang Security dan ICAO Doc 8973 tentang Aviation Security Manual.
“Sekurang-kurangnya ikuti itu. Nanti selanjutnya terserah airport mau sesuai standar minimal atau mau ditinggikan,” jelasnya.
Sementara itu, Dony Subardono, Airport Security Group Head PT Angkasa Pura I (Persero) mengatakan, perusahaan pelat merah yang menjadi operator 13 bandara besar ini sudah menyesuaikan standar dari ICAO.
“Tujuh dari bandara kami sudah diatas standar, dan ke depannya kami ingin lebih dari itu kami kerjasama dengan Airport Council International melalui program Airport Excellent in Safety,” jelasnya.
Menurut dia, pengembangan bandara kecil untuk menyamakan standar dengan bandara besar membutuhkan waktu yang lama. Oleh sebab itu, pihaknya akan melakukan pengembangan secara bertahap.
Yurlis Hasibuan, Direktur Keselamatan, Keamanan, dan Standarisasi Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia mengatakan pihaknya akan ikut membantu meningkatkan keamanan penerbangan dengan memastikan keamanan pada tower dan operation room.
“Kalau kita dari safety pelayanan kita ke depan punya IMAN itu Indonesia Modern Aviation Navigation itu nanti mulai dari situ akan memodernisasi peralatan kita. Itu related dengan safety, dan saat ini itu sudah mulai kami lakukan,” jelasnya.
OPEN SKY : Security dan Safety Harus Gunakan Teknologi
Pemerintah dan pelaku usaha sepakat untuk meningkatkan aspek security dan safety pada era Open Sky menggunakan teknologi industri penerbangan sesuai arahan dari International Civil Aviation Organization melalui beleid Annex 17.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Gloria Fransisca Katharina Lawi
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
7 jam yang lalu
Setelah GJTL, Giliran Saham ABMM Diborong Lo Kheng Hong
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
3 jam yang lalu