Bisnis.com, JAKARTA - Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS menjadi tantangan tersendiri bagi ekonomi Asia, terutama di sektor properti.
Executive Director, Research, Asia Colliers International Andrew Haskins mengatakan, sejumlah lembaga konsultan meyakini kebijakan Trump akan membuat pertumbuhan AS tertekan, salah satunya penguatan dolar AS bakal terhenti dan berbalik melemah.
Jika perekonomian Negeri Paman Sam tak berkembang, ada kemungkinan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan atau bahkan tidak mengubahnya sama sekali.
Hal ini akan memberikan pengaruh positif terhadap sektor properti Hong Kong, yang pergerakan suku bunganya sangat terkait dengan suku bunga AS.
Dia menyatakan, bila suku bunga AS hanya naik bertahap dan inflasi Hong Kong tidak berubah, pihaknya memperkirakan daerah bekas koloni Inggris itu tidak akan mengubah suku bunganya ke level positif sebelum awal 2018.
“Hal ini akan mendukung pertumbuhan nilai properti Hong Kong di berbagai segmen, walaupun harga residensial bakal tetap rentan terhadap kebijakan pengetatan seperti pajak yang dikeluarkan pemerintah setempat baru-baru ini,” terang Haskins dalam pernyataan resminya, baru-baru ini.
Namun, jika pertumbuhan ekonomi AS dan pergerakan suku bunganya lebih lambat dari perkiraan, maka dolar AS akan mengalami pelemahan setelah menguat selama beberapa tahun. Kondisi tersebut berdampak negatif terhadap negara-negara eksportir di Asia, seperti Jepang, China, Korea Selatan, dan Taiwan.
Di sisi lain, efek langsung dari kemenangan Trump dalam jangka menengah terhadap pasar properti negara-negara berkembang Asia lebih terbatas. China dan India, misalnya, tengah menikmati pertumbuhan yang besar yang tampaknya tidak akan melambat dalam waktu dekat.
“Investor dan penghuni asing akan tetap tertarik masuk ke pasar properti komersial penting seperti Shanghai, tidak peduli siapa presiden AS-nya. Sementara itu, permintaan dan pasokan di China dan India lebih didorong oleh faktor domestik seperti urbanisasi, tingkat kesejahteraan, suku bunga, kebijakan kredit, dan regulasi properti yang tidak terkait dengan kondisi AS,” papar dia.
Lebih lanjut, Colliers meyakini pasar properti Asia bakal terus menarik bagi investor di tengah volatilitas pasar terkait berbagai perubahan kondisi ekonomi dan politik global.