Bisnis.com, JAKARTA - Soelaeman Soemawinata terpilih sebagai Ketua Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) untuk periode 2016-2019 melalui Munas REI XV, Rabu (30/11). Eman, sapaan akrabnya, mengaku siap dengan tugas baru memimpin REI ke arah yang semakin baik. Untuk mengetahui langkah-langkah dan pemikiran Eman untuk memajukan industri properti dan organisasi REI, Bisnis mewawancarai Eman usai pengumuman pemilihan Ketua Umum REI. Berikut petikannya.
Apa langkah awal yang Bapak lakukan setelah terpilih?
Misi saya yang pertama adalah meningkatkan tali persaudaraan antara anggota REI. Pertama, saya akan menata sisa-sisa puing-puing keretakan. Saya akan menggunakan seluruh potensi REI untuk membangun REI. Kami akan buat susunan organisasi yang menggunakan seluruh potensi, termasuk orang-orang dari kepengurusan Pak Eddy Hussy [Ketua DPP REI 2013-2016] yang raportnya bagus akan kita libatkan lagi, tentu juga dengan tambahan tenaga segar. Saya juga akan ajak Pak Hari Raharta [calon ketua umum penantang Eman] untuk ikut, apalagi beliau sudah lama mengabdi REI dan punya potensi.
Kedua, saya akan berkeliling ke para senior REI karena budaya REI itu lekat dengan masalah integritas. Rasa hormat pada senior itu hal utama, hati kita selalu lekat. Ketiga, saya akan mencoba mengidentifikasi keberhasilan pekerjaan pak Eddy Hussy, mana saja yang berhasil dan harus dikawal agar terus berjalan. Kita juga akan identifikasi dan perjuangkan lagi program yang diajukan REI yang belum selesai.
Setelah kepengurusan terbentuk, saya ada program 10 hari, yakni para wakil ketua terpilih harus berkomunikasi dengan seluruh ketua DPD [dewan pimpinan daerah] agar mengerti apa yang bisa dibantu. Bagaimana kita bisa kerja jika komunikasi pun tidak ada? Kita ingin membangun komunikasi. Daerah itu punya masalah yang khas. Saya akan segera membentuk tim teknis yang bertugas membantu para wakil ketua untuk membantu teman-teman daerah.
Apa target bapak dalam setahun pertama masa kepemimpinan bapak?
Tentu program-program tujuh pilar saya harus sudah dimulai. Tujuh pilar itu yakni pendidikan dan pelatihan, pembiayaan dan perbankan, pertanahan, perpajakan, infrstruktur, tata ruang, serta hukum dan perizinan. Dengan tujuh pilar ini saya mau genjot program sejuta rumah karena ini program yang sangat bagus. Saya bercita-cita, dengan program sejuta rumah ini, REI sebagai pelaku pembangunan bisa melakukan review yang berkualitas terhadap seluruh prosesnya, apa yang masih jadi kendala dan apa yang sudah bagus. Kita coba buat analisa yang bisa kita sampaikan kepada pemerintah sebagai umpan balik untuk mereview program ini. Kita ingin lakukan ini lengkap dengan riset, dari sisi supply, demand, infrastruktur pemerintah, pembiayaan, dan semuanya. Ini penting agar program ini makin berhasil di tahun-tahun selanjutnya.
Visi utama Bapak adalah untuk daerah. Tentu ada harapan besar dari daerah terhadap Bapak. Apa langkah nyata Bapak untuk pengembang di daerah?
Kita harus bekerja untuk itu. Semua daerah punya masalah dan berbeda-beda. Kita akan buat daftar, masing-masing permasalahan dialami oleh daerah mana saja. Dari situ baru kita lihat jalan keluarnya. Kita identifikasi misalnya masalah dengan perbankan. Saya pikir ini masalah pertama yang harus ditangani. Saya akan bicara dengan Direktur Utama BTN, apa yang bisa kita kerjakan dengan BTN? Saya sih inginnya kita ada rapat koordinasi bulanan, jadi harus ada kerja rutin dengan BTN karena hampir 80% di daerah itu ke BTN. Namun, REI ini kan tidak hanya mengurus rumah, jadi kita juga buat link ke semua stakeholder pembiayaan. Saya ingin buat tiga link ke pembiayaan ini, pertama ke perbankan, kedua ke pasar modal dan ketiga saya ingin adakan satu wakil ketua umum baru yang akan mengurusi kerjasama investasi. Jadi, ketika ada peluang di daerah bisa kita tawarkan ke teman-teman yang lain dari daerah lain. Tiga bidang pembiayaan ini harus dijalankan karena memang yang dibutuhkan sekarang ini adalah pasar pembiayaan. Kita harus bikin instrumen organisasi yang memperkuat hal-hal penting ini.
Menurut Bapak, apa tantangan utama organisasi REI?
REI itu anggotanya sekitar 3.000-an, multiproduk, dan multicapital. Ada perusahaan yang punya modal besar sekali, ada yang kecil. Kita harus memastikan bahwa pengembang ini bertumbuh semua. Itu tantangan yang sangat besar, bagaimana kita melayani semua yang sebenarnya punya persoalan banyak. Kita berbeda dengan organisasi lain yang anggota dan produknya relatif homogen. Itulah mengapa pilar pertama program saya adalah pendidikan dan pelatihan. Tidak semua pengembang memiliki kemampuan manajemen teknis yang sama. Jadi, pelatihan ini strategis sekali.