Bisnis.com, Jakarta-Menanggapi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, sebesar 25 basis poin, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan sinyal kenaikan The Fed yang sudah dicerna oleh pelaku pasar dunia, termasuk Indonesia yang telah memiliki pondasi ekonomi solid sehingga investor semakin yakin dengan arah kebijakan pemerintah ke depan.
Dia menuturkan Indonesia merupakan negara emerging marketing yang berbeda dengan negara lainnya karena memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif baik di kisaran 5%. Selain itu, defisit anggaran yang terjaga di 2,5%-2,7%, kualitas pertumbuhan yang didukung infrastruktur, subsidi yang tepat sasaran, belanja kenaikan kualitas sumber daya manusia, dan penurunan kemiskinan akan menjadi harapan bahwa ke depan daya beli masyarakat meningkat.
"Investasi pemerintah bertujuan untuk permintaan itu tetap terjaga dan demikian kita punya kredibilitas," katanya usai hadir dalam acara Outlook Ekonomi 2017 Partai Golongan Karya, di Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Dia memperkirakan tren pada tahun depan akan diiringi dengan mesin ekonomi di negara maju yang mulai menyala terutama AS yang sudah menaikkan suku bunga acuannya. Namun, ekonomi AS juga akan tumbuh positif di atas 2% tahun depan.
Sementara itu, neraca perdagangan November 2016 yang mengalami surplus senilai US$0,84 miliar menunjukkan beberapa harga komoditas sudah positif, kendati dari sisi volume masih perlu diperhatikan.
"Tentu dengan hal itu diharapkan perekonomian yangg selama ini tergantung AS akan mengalami tren positif. Itu harapan bagi kita. Namun, normalisasi dari kebijakan moneter, mungkin akan mempengaruhi sentimen capital flow ke negara-negara berkembang," ujarnya.