Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan pemerintah akan terus mendorong partisipasi investor di infrastruktur, manufaktur, dan kestabilan ekonomi sehingga pertumbuhan investasi dapat berada di atas 6% tahun depan.
Menurutnya, masih banyak tantangan perbaikan ekonomi di dalam negeri untuk menghadapi kondisi global yang selalu memberikan ketidakpastian. Pekerjaaan rumah utama di dalam negeri yang masih diperbaiki adalah iklim investasi untuk memudahkan investor masuk. Namun, di sisi lain, ketidakpastian global yang mengarahkan modal asing memilih negara emerging marketing sehingga investasi yang masuk seakan akibat efek persaingan di nilai tukar.
Dia berharap investasi yang masuk ke Indonesia disebabkan karena memang ketertarikan investor terhadap perekonomian domestik. "Kita tidak boleh hanya menonjolkan investasi yang tergantung pada competitiveness nilai tukar tapi harus investasi yang harus menjadi keinginan investor yaitu kuatnya pasar domestik serta strategi manufaktur kita," ujarnya di Gedung Bappenas, Jakarta, Jumat (16/12/2016).
Sebelumnya, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas mengumumkan Outlook Perekonomian Indonesia 2017 yang mana pertumbuhan ekonomi diyakini bisa meraih kisaran 5,1%-5,3%. Risiko terbesar tahun depan berasal dari Negeri Tirai Bambu, disusul Negara Paman Sam yang masih diselimuti teka-teki kebijakan presiden terpilih, Donald Trump.
Bambang menegaskan ekonomi China bakal mengetat untuk menghadapi risiko meningkatnya tingkat utang di negaranya sehingga kredit bakal dikendalikan. Target pertumbuhan ekonomi China akan dilonggarkan untuk menahan kredit sehingga berdampak pada tertahannya laju investasi.
Kebijakan itu dilakukan agar ekonomi tidak mengalami hardlanding. Perlambatan ekonomi China bakal menular ke negara mitra dan penghasil komoditas, termasuk Indonesia. Dalam perhitungan Bappenas, penurunan investasi China akan berpengaruh pada pertumbuhan investasi di Indonesia sehingga produk domestik bruto bisa tergerus 0,72 presentase poin dari baseline.
Secara rinci, investasi dalam negeri akan terkoreksi 1,02 presentase poin dari baseline 2017. Sementara itu, ekspor dan impor menyusut masing-masing 0,71 presentase poin dan 0,76 presentase poin.
"Investasi langsung dari China sangat diharapkan, karena sebelumnya dari China tidak signifikan. Kalau arus investasi tidak sesuai harapan maka akan semakin sulit untuk diperebutkan," katanya.