Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan laju inflasi pada tahun ini bisa mencapai 4,6% akibat kenaikan tarif listrik baik untuk daya 900 volt ampere maupun 450 VA serta harga elpiji yang naik akibat penerapan pendistribusian subsidi elpiji 3 kg dengan mekanisme tertutup di seluruh wilayah.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan secara keseluruhan bobot dari administered prices (harga yang diatur pemerintah) dalam Indeks Harga Konsumen (IHK) sekitar 18%, sedangkan tarif tenaga listrik sama elpiji memang relatif rendah sekitar 5%. Namun, apabila tak memasukkan kenaikan tarif tenaga listrik dan elpiji, BI memprediksi infkasi keseluruhan 2017 sekitar 3,6%.
"Itu terus kita antisipasi. Itulah kenapa kita balas antara stabilitas dan pertumbuhan, kita melihat bahwa kalau terjadi kenaikan TTL, elpiji, itu dampak terhadap inflasinya memang akan ada," katanya di Jakarta, Jumat (6/1/2017).
Menurutnya, kenaikan tarif listrik dan elpiji dampak lanjutannya relatif tidak signifikan karena memang permintaan di dalam negerinya yang masih di bawah kapasitas produksi nasional.
Dia menyatakan BI dan pemerintah akan memperat koordinasi agar kenaikan TTL dan atau elpiji dapat dikompensasi dengan pengendalian harga pangan. Perry menuturkan harga pangan yang terkendali akan membuat IHK secara keseluruhan akan terjaga.
"Tapi secara keseluruhan, kita ingin pastikan bahwa dampak kenaikan inflasi administered prices akan bersifat temporer karena faktor permintaan yang masih rendah, dan juga faktor koordinasi yang erat antara BI dan pemerintah," ucapnya.