Bisnis.com, KUTAI KARTANEGARA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menekankan agar masa transisi di Blok Mahakam, Kalimantan Timur, tidak berpengaruh terhadap turunnya produksi.
Dalam kunjungannya ke South Processing Unit (SPU), Jonan menekankan agar masa transisi tak menjadi alasan menurunnya produksi. Pasalnya, Blok Mahakam berkontribusi terhadap produksi gas nasional sekitar 20%.
Adapun, produksi tahunan wilayah kerja Mahakam saat ini yakni sebesar 1.635 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) gas serta minyak bumi sebesar 63.000 barel per hari (bph).
“Penting untuk memastikan tingkat produksi migas Blok Mahakam. Di tengah harga minyak yang masih sekitar US$50 per barel, produksi migas harus tetap dijaga bahkan ditingkatkan," ujarnya di SPU Camp, Jumat (10/3/2017).
Selain produksi, Jonan menyebut, indikator kesuksesan masa transisi bisa dilihat dari biaya produksi. Produksi dan biaya produksi di Blok Mahakam saat ini akan menjadi acuan capaian di 2018 dan 2019.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada 2015, cost recovery atau biaya produksi yang bisa dikembalikan per barel setara minyak (barrel oil equivalent/boe) sebesar US$19,73.
Wilayah kerja yang berumur sekitar 40 tahun itu akan habis masa kontraknya pada 31 Desember 2017. Saat ini, blok tersebut dioperatori Total E&P Indonesie dengan kepemilikan saham partisipasi 50% dan Inpex 50%.
Untuk masa kontrak berikutnya, PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Mahakam ditugaskan pemerintah untuk mengelola Blok Mahakam mulai 2018. Namun untuk menahan laju penurunan produksi, di tahun ini Total dan Pertamina mulai melakukan kegiatan agar pada 2018 produksi tak menurun.
Pada 2017 rencananya akan dilakukan pengeboran sebanyak 6 sumur oleh Total E&P Indonesie dan 19 sumur Total E&P Indonesie yang didanai PT Pertamina Hulu Mahakam sebagai operator baru di 2018.
"Harus diusahakan biaya produksi per barel tidak naik. Kalau bisa, turun," katanya.
Blok Mahakam berproduksi pertama kali pada 1974. Produksi Blok Mahakam berasal dari lapangan gas Peciko, Tunu, Tambora, Sisi Nubi dan South Mahakam sementara, Bekapai dan Handil menjadi sumber produksi minyak yang merupakan lapangan tertua.