Bisnis.com, JAKARTA— Emiten pengembang kawasan industri PT Surya Semesta Internusa Tbk. berharap bisa membukukan peningkatan pendapatan dan laba tahun ini hingga 10% dibandingkan tahun lalu.
Johannes Suriadjaja, Presiden Direktur Surya Semesta mengatakan, estimasi tersebut tergolong optimistis, mengingat selama kuartal pertama tahun ini aktivitas bisnis emiten dengan kode saham SSIA ini masih relatif lesu.
Tahun lalu, pendapatan perseroan turun hingga 22% dibandingkan capaian 2015. Perseroan mencatatkan pendapatan Rp3,79 triliun tahun lalu, padahal pada 2015 bisa mencapai Rp4,86 triliun. Penurunan ini disebabkan karena lemahnya permintaan lahan industri serta pembukukan kontrak konstruksi.
Dari 30 hektare target penjualan lahan industri tahun lalu, SSIA hanya berhasil menjual 10,4 hektar. Padahal, pada 2015 perseroan masih mampu menjual 21,2 hektar.
Lemahnya permintaan tersebut berimbas pada penurunan harga jual dari semula US$154,9 per mete persegi pada 2015 menjadi US$125 per m2. Alhasil, perseroan hanya mengantongi US$13 juta tahun lalu.
Kinerja laba perseroan justru lebih parah lagi. Perseroan hanya membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp62,46 miliar. Realisasi ini anjlok 79,3% dibandingkan realisasi 2015 yang menyentuh Rp302,46 miliar.
Turunnya laba ini tidak terlepas dari peningkatan rugi dari lini bisnis jalan tol perseroan, yakni tol Cikopo—Palimanan. Dari tol itu, perseroan menderita rugi sedikitnya Rp99,6 miliar. Secara total, entitas asosiasi perseroan mencatatkan kinerja rugi dengan nilai rugi bersih Rp63,5 miliar. Padahal, pada 2015 lini ini menyumbang laba Rp41,4 miliar
“Mudah-mudahan tahun ini akan bisa kembali seperti tahun 2015, tetapi tentu kita harus lihat dulu. Sekarang di kuartal pertama saja masih lesu. Kita lihat sepertinya di semester kedua akan ada pemulihan,” katanya, Rabu (5/4/2017).