Bisnis.com, JAKARTA — Sebagai sebuah model bisnis yang melibatkan banyak orang, waralaba dipandang cocok untuk dikembangkan di Indonesia.
Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar mengatakan kreativitas masyarakat Indonesia dalam mencari peluang ekonomi sangat besar. Hal ini turut ditunjukkan dengan banyaknya penduduk Indonesia yang bekerja sendiri atau self employment, dengan porsi antara 70%-80% dari populasi.
“Praktik bisnis waralaba sedianya adalah penerapan ekonomi kerakyatan. Kenapa? Karena waralaba dilakukan oleh orang banyak dan untuk orang banyak. Hal ini sesuai dengan ekonomi kerakyatan yang dijalankan oleh banyak orang untuk orang banyak,” papar dia dalam pembukaan International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2017, Jumat (19/5/2017).
Apalagi, jenis usaha yang dapat dilakukan sangat beragam. Terbanyak menjadi pilihan adalah kuliner, pendidikan, ritel, salon dan spa, serta farmasi. Namun, ada pula franchise di bidang binatu, cleaning service, jasa kurir, penginapan, serta agro (pertanian dan peternakan) dan perbengkelan.
“Oleh karena itu, melalui IFRA ini kami ingin memberikan informasi dan edukasi yang lebih baik kepada berbagai lapisan masyarakat yang mencari peluang-peluang ekonomi, terutama dari sektor waralaba,” ujar Anang.
Dalam IFRA kali ini, terdapat 150 perusahaan dengan 350 merek yang hadir. Pesertanya tidak hanya berasal dari Indonesia, tapi juga dari negara-negara lain seperti Singapura dan Filipina.
Baca Juga
Saat ini, Indonesia memunyai 700 waralaba dengan jumlah gerai nyaris mencapai 25.000 unit dengan serapan tenaga kerja lebih dari 90.000 orang. Nilai transaksi industri ini pada 2015 menyentuh Rp175 triliun, dengan potensi kenaikan antara 10%-15% per tahun.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) I Wayan Dipta menuturkan franchise memiliki risiko yang rendah karena bisnisnya sudah dikenal. Dia mengakui banyak potensi waralaba yang bisa dikembangkan dan tidak terbatas di bidang kuliner.
“Pengembangan bisnis franchise akan semakin hebat ke depan kalau dilakukan oleh semua pihak. Ekonomi kerakyatan itu penopang ekonomi kita. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kita paling banyak di ASEAN, jumlahnya 59 juta. Malaysia hanya punya 600.000,” sebut Wayan.
Oleh karena itu, dia berharap IFRA dapat ikut mengangkat nama UMKM Tanah Air.