Bisnis.com, JAKARTA — Pewaralaba nasional diajak untuk tidak jago kandang alias mampu melebarkan bisnisnya ke luar Indonesia.
Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar mengatakan pasar ASEAN merupakan pasar yang prospektif untuk digarap. Hadirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diharapkan akan mendorong ekspansi bisnis waralaba nasional ke berbagai negara di Asia Tenggara bahkan global.
“Hadirnya MEA jangan dilihat sebagai ancaman akan serbuan franchise asing ke Indonesia. Sebaliknya, kita harus bisa memanfaatkan MEA untuk melakukan penetrasi bisnis ke berbagai negara di kawasan Asia Tenggara. Saya yakin kita memiliki modal yang cukup baik untuk melakukan ekspansi usaha,” papar dia dalam pembukaan International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2017, Jumat (19/5/2017).
Di Indonesia, saat ini terdapat sekitar 700 waralaba dengan jumlah gerai nyaris mencapai 25.000 unit dan serapan tenaga kerja lebih dari 90.000 orang. Nilai transaksinya pada 2015 menyentuh Rp172 triliun dengan potensi kenaikan antara 10%-15% per tahun.
Franchise asli Tanah Air yang sudah merambah pasar internasional di antaranya Alfamart, Kebab Baba Rafi, dan Es Teler 77.
AFI juga mendorong para pelaku waralaba untuk berekspansi dengan memanfaatkan teknologi digital. Hal ini bisa dilakukan melalui pemanfaatan berbagai platform media sosial yang ada untuk mendukung kampanye digital atau dengan membuat situs yang menyajikan informasi mengenai produk atau jasa waralaba yang ditawarkan.
Apalagi, nilai transaksi e-commerce sekarang diperkirakan mencapai US$25 miliar dan ditargetkan menyentuh US$130 miliar pada 2020. “Melalui pemanfaatan teknologi digital, para pelaku bahkan bisa memperluas target pasar hingga ke seluruh dunia,” terang dia.
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tjahya Widayanti menyatakan pihaknya terus melakukan pendampingan dan pelatihan kepada pewaralaba dan calon pewaralaba. “Untuk yang ingin go international juga kami bantu,” ucap dia.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) I Wayan Dipta menyebutkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia merupakan yang terbesar di ASEAN dengan jumlah 59 juta pelaku. Jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan Malaysia yang hanya memunyai sekitar 600.000 pelaku UMKM.
“Dari jumlah 59 juta itu, sebanyak 26,7 juta bergerak di sektor non pertanian dengan kontribusi hingga 59,7% terhadap PDB. Franchise adalah salah satu strategi mempromosikan UMKM kita karena potensinya banyak,” tutur dia. (AMA)