Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KEBIJAKAN THE FED: Kenaikan Bunga Acuan Ditanggapi Biasa

Pernyataan resmi dari Federal Reserve pada pekan ini atau tepatnya diperkirakan pada Rabu (14/6) menjadi isu yang paling dinanti investor di seantero dunia. Bank Indonesia pun yakin bank sentral Amerika Serikat itu akan kembali menaikkan suku bunganya minggu ini. Namun, kebijakan The Fed tersebut diyakini tidak berdampak signifikan terhadap Indonesia yang fundamental ekonominya cukup kuat saat ini.
Petugas mengangkut tumpukan uang kertas pada bagian pelayanan perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/6)./Antara-Moch Asim
Petugas mengangkut tumpukan uang kertas pada bagian pelayanan perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/6)./Antara-Moch Asim

Bisnis.com, JAKARTA - Pernyataan resmi dari Federal Reserve pada pekan ini atau tepatnya diperkirakan pada Rabu (14/6) menjadi isu yang paling dinanti investor di seantero dunia.  Bank Indonesia pun yakin bank sentral Amerika Serikat itu akan kembali menaikkan suku bunganya minggu ini.

Namun, kebijakan The Fed tersebut diyakini tidak berdampak signifikan terhadap Indonesia yang fundamental ekonominya cukup kuat saat ini.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo menuturkan kenaikan Fed Fund Rate (FFR) akan direspon dengan komitmen bank sentral dalam negeri untuk terus menjaga fundamental ekonomi.

"Kami lihat khususnya setelah Indonesia mendapatkan investment grade dari S&P itu, confidence terhadap Indonesia terus terbangun," ungkapnya, Jumat (9/6).

Bahkan, dia menyampaikan cadangan devisa Indonesia per April 2017 mencapai rekor tertinggi hingga saat ini. Cadangan devisa April 2017 tercatat sebesar US$123,2 miliar atau Rp1.638,5 triliun, atau lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2017 yang sebesar USUS$121,8 miliar setara Rp1.622 triliun (nilai tukar Rp13.300 per dolar AS). Perolehan ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$107,7 miliar.

"Karena rekor tertinggi terakhir Agustus 2011, sekarang US$124,95 miliar itu sama dengan 8,9 bulan impor," ujarnya.

BI melihat hal ini sebagai daya tahan ekonomi Indonesia, seiring dengan nilai tukar rupiah yang stabil.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Lutfi Zaenudin
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper