Bisnis.com, JAKARTA - Ciputra Group melalui proyek Citraland Surabaya berhasil meraih prapenjualan dari klaster terbaru bernama Northwest Hill seluas 20 hektare sebesar Rp1,1 triliun.
Perusahaan berhasil menjual 680 unit yang terdiri dari 430 unit rumah tapak dan 250 unit rumah toko.
Managing Director Ciputra Group Harun Hajadi mengatakan penjualan proyek tersebut sangat baik. Bahkan perusahaan hanya memerlukan 6 jam.
"Rerata tiap unit kami lepas Rp1,6 triliun. Penjualan hanya berlangsung dari pukul 10.00 WIB - 16.00 WIB dengan nilai transaksi lebih dari Rp1,105 triliun," ungkapnya pada Kamis (14/9/2017).
Dari hasil penjulan klaster Northwest Hill itu berarti perusahaan juga telah berhasil melampui target dari proyek di Surabaya yang awalnya diharapkan Rp1,5 triliun tahun ini. Bulan lalu pihaknya baru meraih sekitar 50%.
Sebelumnya, perusahaan juga telah melepas beberapa klaster baru di antaranya di proyek Citra Garden Sidoarjo dan Citra Harmoni.
Direktur PT Ciputra Surya Tbk. Sutoto Yakobus mengatakan pada proyek Northwest Hill perusahaan telah membenamkan investasi Rp500 miliar.
Sutoto meyakini produk ini telah diminati khususnya kalangan muda yang menginginkan hunian berkonsep pintar tetapi dengan harga di bawah Rp1 miliar. Sejauh ini tren rumah pintar di Surabaya baru dikembangkan oleh rumah yang bertipe besar.
Tak hanya itu, lanjutnya, saat ini pasokan rumah tapak di Surabaya sangat minim. Dalam setahun paling hanya ada dua hingga tiga proyek baru, selebihnya pengembang di Surabaya sudah lebih fokus membangun apartemen.
Menurut Sutoto, kondisi itu juga menjadikan peluang tingginya penjualan rumah tapak milik perusahaan hingga akhir tahun nanti.
"Kalster ini kira-kira yang ke-35, soalnya kami kembangkan Citraland Surabaya ini sejak 1993, jadi sudah 24 tahun. Namun, sisa lahan masih ada ratusan hektare," ujar Sutoto.
Dirinya menambahkan pengembangan rumah tapak di Citraland Surabaya rencananya diselesaikan dalam 5 tahun ke depan dan perusahaan akan melanjutkan dengan pembangunan proyek vertikal.
Ke depan, Sutoto berharap pihak perbankan kembali menaikkan loan to value (LTV) hingga 90% sehingga uang muka KPR yang dibebankan konsumen menjadi lebih rendah sekitar 10% khususnya untuk tipe rumah di atas 70 m2.
Tak hanya itu, dirinya juga meminta pelonggaran KPR Inden yang selama ini cukup membebankan pengembang.
"Aturan untuk inden saat ini lebih ketat bahkan kalau belum jadi pondasi belum bisa dicairkan KPR-nya kan ini pengaruh ke beban pengembang jadi tinggi. Saya harap bisa lebih longgar," katanya.