Bisnis.com, JAKARTA-- Toys "R" Us Inc., raksasa toko mainan asal Amerika Serikat mengajukan permohonan pailit lantaran tidak mampu keluar dari utang.
Seperti dilansir Bloomberg, Selasa (19/9/2017), perusahaan itu mengaku memiliki utang US$1 miliar ketika menyampaikan permohonan pailit ke Pengadilan Kepailitan AS di Richmond, Virginia pada Senin (18/9). Nilai itu diklaim sama dengan besaran aset perseroan saat ini.
Sebagian besar utang berasal dari aksi buyout, alias pembelian perusahaan menggunakan dana dari saham dan utang, yang dilakukan oleh Bain Capital, KKR & Co., dan Vornado Realty Trust pada 2005 kepada Toys "R" Us. Tak tanggung-tanggung, nilainya mencapai US$7,5 miliar.
Sebelum mengajukan pailit, Toys "R" Us telah mendapatkan pinjaman senilai US$3 miliar dari sejumlah kreditor, di antaranya sindikasi perbankan yang dipimpin oleh JPMorgan Chase & Co. Dana itu rencananya akan digunakan untuk membiayai operasional perusahaan selama restrukturisasi berjalan. Namun, status pinjaman tersebut akan bergantung pada putusan pengadilan.
Selain karena utang yang besar, keputusan ini juga dilatarbelakangi oleh ketatnya kompetisi e-commerce.
Meski telah mengajukan diri bangkrut, tapi perusahaan itu tidak menyebutkan adanya penutupan gerai dan menegaskan toko-tokonya di seluruh dunia bakal tetap beroperasi seperti biasa. "Seperti peritel lainnya, keputusan untuk menutup atau membuka outlet akan didasarkan pada prinsip yang terbaik untuk bisnis," tutur juru bicara Toys "R" Us Michael Freitag.
Keputusan pailit ini menambah panjang kelesuan ritel konvensional yang ditunjukkan dengan penutupan gerai, lambatnya penjualan, dan gencarnya perkembangan penjualan online seperti yang dilakukan Amazon.
Tercatat lebih dari selusin peritel mengajukan pailit dan meminta perlindungan pengadilan dari para kreditor sepanjang tahun ini. Daftarnya mencakup Payless Inc., Gymboree Corp., dan Perfumania Holdings Inc.
Terkait hal ini, Toys "R" Us (Asia) Ltd menyatakan tidak termasuk bagian dari restrukturisasi finansial yang dilakukan oleh Toys "R" Us Inc.
Dalam pernyataan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (19/9/2017), Presiden Toys "R" Us (Asia) Andre Javes menuturkan toko-toko mereka tetap buka dan pelayanan ke konsumen tetap berjalan seperti biasa.
Toys "R" Us (Asia) adalah perusahaan joint venture yang 85% sahamnya dimiliki oleh Toys "R" Us Inc. dan 15% oleh Fung Retailing Ltd, anak usaha milik Fung Group. Perusahaan ini bergerak secara terpisah dan juga independen secara finansial dari perusahaan Toys "R" Us lainnya di dunia.
"Kami adalah perusahaan yang sehat secara finansial dan beroperasi dengan dana sendiri, yang terus berkembang dan berinvestasi di kawasan Asia. Setiap tahunnya kami membuka toko baru, terutama di China di mana kami telah mengoperasikan lebih dari 135 gerai dan akan membuka 22 toko lainnya dalam beberapa pekan ke depan," papar dia.
Javes melanjutkan sebagai pemimpin di penjualan mainan, produk bayi, dan produk edukasi anak di Asia, pihaknya fokus mencapai target penjualan tahun ini. Perusahaan berkomitmen untuk melayani konsumen dengan varian produk yang luas, baik secara online maupun memberikan pengalaman secara langsung di toko.
Saat ini, Toys "R" Us (Asia) dan anak usahanya mengelola 226 gerai di China dan Asia Tenggara, serta memegang lisensi untuk 35 toko lainnya di Filipina dan Makau. Namun, perusahaan tidak memunyai cabang di Indonesia.
Pada Maret 2017, Toys "R" Us Japan resmi bergabung dengan perseroan sehingga menambah 161 outlet dalam jaringan perusahaan.