Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Urea Diyakini Tetap Tumbuh

Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) meyakini konsumsi urea dalam negeri masih bisa tumbuh dibandingkan dengan tahun lalu.
Pekerja membongkar muatan pupuk urea ke truk di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (17/2)./Antara-Fiqman Sunandar
Pekerja membongkar muatan pupuk urea ke truk di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (17/2)./Antara-Fiqman Sunandar

Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) meyakini konsumsi urea dalam negeri masih bisa tumbuh dibandingkan dengan tahun lalu.

Merujuk data APPI, sepanjang semester I/2017 konsumsi pupuk urea untuk pasar dalam negeri tercatat sebesar 2,66 juta ton. Penggunaan pupuk urea sepanjang 2016 mencapai 5,32 juta ton.

Dadang Heru Kodri, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) mengatakan pada paruh kedua tahun ini, konsumsi urea dalam negeri diproyeksikan akan meningkat seiring dengan musim penghujan yang datang mulai Oktober. Musim hujan menjadi faktor utama yang mempengaruhi permintaan pupuk urea.

“[Konsumsi urea] masih bisa meningkat dibandingkan tahun lalu, biasanya musim penghujan akan naik konsumsinya,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (2/10/2017).

Selama 10 tahun terakhir, konsumsi urea domestik stabil di angka 5 juta ton per tahun. Pada 2009, konsumsi urea dalam negeri tercatat paling tinggi sebesar 5,78 juta ton.

Adapun, pada semester I/2017, konsumsi urea sebagian besar digunakan untuk pertanian sebesar 1,90 juta ton, disusul oleh perkebunan sebesar 402.000 ton, dan untuk industri sebesar 354.000 ton.

Pupuk urea merupakan jenis yang paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di dalam negeri. Produksi pabrikan nasional mencapai 3,37 juta ton pada semester I/2017, sedangkan produksi hingga akhir 2016 sebesar 6,46 juta ton.

Sementara itu, untuk pasar ekspor, realisasi konsumsi urea pada paruh pertama tahun ini masih jauh dibandingkan tahun lalu. Hingga Juni 2017, ekspor urea tercatat sebesar 298.000 ton, sedangkan ekspor tahun lalu mencapai 1,25 juta ton. Dengan kata lain, ekspor pada semester pertama tidak sampai separuh dari konsumsi 2016.

Menurut Dadang, ekspor urea tidak hanya bergantung pada musim, tetapi juga ada kendala lain, yaitu harga dunia dan biaya produksi masing-masing eksportir dunia, seperti Timur Tengah, Iran, China, Rusia, dan lainnya.

“Fanatisme masing-masing negara importir juga mempengaruhi,” katanya.

Biaya produksi pupuk di Indonesia dinilai belum dapat mengejar harga pasaran dunia karena biaya gas yang masih tinggi, sekitar US$6 per MMbtu. Di sisi lain, saat ini harga urea dunia relatif masih rendah sejak 2016, berkisar US$200 hingga US$210 per ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper