Bisnis.com, JAKARTA- Pangsa pasar PT Sucofindo (Persero) mengalami penurunan akibar makin kencangnya persaingan saat ini di bisnis jasa pemastian.
Pada 2015, Sucofindo memiliki porsi pasar 23% tapi pada 2016 turun menjadi 18%. Sekarang, market share perusahaan berada di kisaran 12,7% padahal target sepanjang 2017 adalah 23%.
Direktur Utama Sucofindo Bachder Djohan Buddin mengatakan penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor persaingan di lapangan dan unit usaha belum maksimal menggarap peluang.
"Kami harus evaluasi dan terus cari peluang baru," ujar dia di sela-sela Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Sucofindo, Senin (23/10).
Selama ini, Sucofindo mempunyai lima jenis layanan yakni inspeksi dan audit, pengujian dan analisa, layanan sertifikasi, layanan pelatihan, dan layanan konsultasi.
Dari kelima layanan tersebut, portofolio terbesar masih dipegang oleh inspeksi dan audit, sedangkan layanan pengujian serta analisa berada di posisi berikutnya.
Saat ini, porsi pendapatan terbesar perusahaan datang dari sektor migas dan batu bara. Harga batu bara yang sedang naik menjadi keuntungan tersendiri untuk kinerja perseroan, setidaknya hingga awal tahun depan. Apalagi, stok batu bara China sedang habis sehingga negara itu terus melakukan impor.
Namun, kondisi ini diakui tidak akan terus bertahan dan perseroan mesti terus mencari peluang baru. Sucofindo juga tengah mengembangkan unit sertifikasi seperti untuk hotel, restoran, dan pasar agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal ini dipandang penting agar pelaku usaha tetap bisa bersaing di tengah era perdagangan bebas, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah berjalan.
Hingga September 2017, pendapatan Sucofindo sudah menembus Rp2 triliun. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu yang hanya sekitar Rp1,8 triliun.
Selain itu, lanjut Bachder, pihaknya terus menjalin kerja sama dengan perusahaan BUMN lain. Misalnya, sekarang Sucofindo bermitra dengan PT Pelindo I (Persero) dalam membuat kapal tunda di China. PT Pertamina (Persero) dan PT Timah (Persero) adalah perusahaan pelat merah yang juga menjadi mitra.
Perseroan pun bekerja sama dengan PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) terkait layanan inspeksi, pengujian, sertifikasi, konsultasi, dan pelatihan. Kemitraan tersebut meliputi kegiatan pelayanan jasa laboratorium dan sertifikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di kawasan berikat.