JAKARTA—Pebisnis mengharapkan peningkatan kualitas belanja pemerintah pada kuartal terakhir tahun ini sebagai penopang pertumbuhan ekonomi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani menyadari pada saat seperti ini pemerintah tak leluasa menebar insentif kepada dunia usaha untuk mendongkrak investasi.
Satu-satunya motor pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat, ujarnya, merupakan kelancaran belanja pemerintah.
“Kalau bicara insentif apa yang dibutuhkan, pengusaha tahu pemerintah sekarang sedang susah. Private sector hanya ingin pemerintah memastikan kelancaran belanja di akhir tahun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi paling tidak bisa mendekati target,” ujarnya di Jakarta, Selasa (14/11/2017).
Hariyadi menyatakan dunia usaha mengalami tekanan yang cukup berat pada periode tahun berjalan. Terlebih, penjualan berbagai sektor usaha relatif tak meningkat signifikan. “Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2% rasanya cukup berat,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah perlu mengantisipasi penurunan siklus penjualan dunia usaha selama 2 pekan penutup tahun. “Siklus volume kegiatan ekonomi biasanya selalu menurun begitu masuk 2 pekan terakhir di ujung tahun. Spending masyarakat menurun ketika masuk liburan akhir tahun,” ujarnya .
Menurutnya, dunia usaha masih optimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini karena laju pertumbuhan secara umum masih terbantu oleh perbaikan harga komoditas. Terlebih, sejumlah indikator makro dan pergerakan kurs rupiah masih berada di dalam batas yang dapat diprediksi dunia usaha.
”Mungkin 5,1% sudah cukup bagus, tapi untuk menyentuh 5,2% saya sih jujur saja kurang begitu confident bisa tercapai,” ujarnya.
Pemilik modal justru mengantisipasi kemungkinan fluktuasi indikator makro yang diprediksi mulai terjadi pada tahun depan.
”Justru yang kami antisipasi itu tahun depan, tahun depan itu tahun politik. Pemerintah perlu memastikan agar pengambilan kebijakan tidak mengarah kepada kebijakan yang politis dan tidak melemahkan dunia usaha,” ujarnya.