Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog membutuhkan tambahan 50.000 ton daging kerbau untuk menjaga pasokan hingga Ramadan dan Lebaran tahun depan.
Direktur Komersial Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengungkapkan saat ini stok daging kerbau milik perseoran sebanyak 21.000 ton. Dengan asumsi kebutuhan pasokan 5.000 ton hingga 6.000 ton per bulan, maka diperlukan tambahan impor.
“Untuk antisipasi sampai Ramadan dan Lebaran [2018] perlu disiapkan 50.000 ton,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (20/12/2017).
Tri mengungkapkan izin impor daging kerbau saat ini masih diproses oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag). Apabila izin telah diterbitkan, perusahaan pelat merah itu tetap akan mengimpor daging dari India.
Dia menyebut stok yang dimiliki oleh Bulog sekarang dapat memenuhi kebutuhan domestik hingga Februari 2018. Akan tetapi, diperlukan stand by stock sebanyak 10.000 ton.
Di sisi lain, pasokan daging sapi segar saat ini masih banyak dipasok dari peternak lokal. Pasokan impor digunakan untuk menyeimbangkan harga dan memberikan pilihan kepada konsumen.
“Jadi, kalau daging kerbau impor kami memang ditugaskan oleh pemerintah sementara daging sapi segar masih tersedia di pasar. Hasil pantauan kami, harga daging sapi segar untuk Desember 2017 di kisaran Rp110.000 per kilogram,” paparnya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) Afan Anugroho sebelumnya menjelaskan distribusi ke daerah sampai saat ini tidak mengalami kendala. Pengiriman pasokan daging ke luar Pulau Jawa masih dapat dilakukan.
Dia mengatakan pasokan daging kerbau beku serta daging sapi beku dalam kondisi aman. Menurut ADDI, kenaikan permintaan daging menjelang Natal dan Tahun Baru kali ini tidak akan sebesar saat Ramadan dan Lebaran lalu.
“Normalnya, kebutuhan ADDI per bulan 7.000 ton. Jadi, kalau pasokan daging kerbau sekarang cukup untuk menghadapi Natal dan Tahun Baru, termasuk daging sapi beku,” jelas Afan.