Bisnis.com, JAKARTA -- PT PAL Indonesia (Persero) menargetkan lebih banyak pesanan masuk dari Afrika seiring ditandatanganinya komitmen pembelian oleh A.D Trade Belgium.
Direktur Utama PAL Budiman Saleh menuturkan pihaknya saat ini akan langsung bekerja melengkapi persyaratan sehingga kontrak segera efektif.
"Afrika melakukan pemesanan untuk pengadaan kapal," ujarnya, Rabu (11/4/2018).
Kapal yang akan dikerjakan oleh PAL yakni jenis Offshore Patrol Vessel dengan ukuran 60 meter. Meski sudah mendapatkan komitmen, Budiman belum bersedia menyebutkan besaran kontrak yang didapatkan maupun negara yang membeli produksi PAL.
"Nama negara tidak disebutkan dulu sampai dengan kontrak efektif," tambahnya.
Budiman menyampaikan pemesanan dari Afrika ini merupakan bagian dari strategi PAL. Pembeli juga merupakan relasi lama saat dirinya masih mengabdi untuk PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Baca Juga
Dalam kesempatan terpisah, dia mengungkapkan saat ini bisnis terbesar perusahaan masih berasal dari pesanan kapal untuk kebutuhan militer. Pesanan militer juga membuat pelanggan asing mempercayai produk PAL.
"Pemakai atau user pertama adalah Kementerian Pertahanan sehingga customer asing pun akan confident untuk memakai produk PAL," sebut Budiman.
Sejak tahun lalu, PAL mengerjakan satu Landing Platform Deck (LPD), satu Kapal Cepat Rudal (KCR), satu kapal selam, upgrade kapal Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Malahayati, upgrade KRI Sampari & Tombak.
Sementara itu, tahun ini diperkirakan akan terdapat pekerjaan tambahan pemeliharaan dan perbaikan KRI yang terdiri dari empat kapal cepat rudal, dua PKR, tambahan kapal selam, kapal buru ranjau, kapal Offshore Patrol Vessel, dan pemeliharaan perbaikan rutin.
Selain itu, perseroan juga berupaya meningkatkan pekerjaan untuk produk non militer. Pekerjaan yang sedang dilakukan meliputi produksi alat pembangkit listrik untuk onshore maupun offshore, pengerjaan kapal niaga dalam negeri, dan meningkatkan penetrasi ke pasar internasional.
Director of Shipbuilding PAL Indonesia Turitan Indaryo menyebutkan tantangan industri perkapalan saat ini yakni kecendrungan pengguna membeli kapal bekas.
“Dulu sebelum harga minyak dunia turun, permintaan kapal niaga di PAL sebesar 60% dan 40% merupakan kapal perang. Sekarang berbalik, 80% kapal perang dan 20% kapal niaga,” tuturnya.
Kenaikan harga plat baja sebagai komponen kapal sejak tahun lalu juga menambah faktor kelesuan permintaan karena turut mengerek harga kapal. Untuk itu, PAL melakukan beberapa upaya, salah satunya dengan menjalin kerja sama jangka panjang dengan mengikat harga saat berada di level rendah.