Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia telah mencatat perkembangan yang signifikan dalam meningkatkan akses kepada pendidikan, tetapi masih banyak anak yang kurang beruntung tetap tidak memperoleh akses pendidikan dan serta kualitas pendidikan yang masih tetap rendah.
Hampir 5 juta anak di Indonesia—sebagian dari daerah terpencil atau belum berkembang—tidak memperoleh kesempatan bersekolah maupun pendidikan layak. Hal ini dikhawatirkan membuat mereka tidak punya keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan masa depan cerah.
Fenomena tersebut membuat Indonesia masuk ke dalam lingkaran krisis pendidikan global. Untuk itu, pada Jumat (11/5/2018) para aktivis muda di seluruh dunia akan bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di New York guna membahas isu tersebut.
Mereka menyampaikan petisi singkat dan penuh makna, yaitu “Kami membutuhkan lebih banyak dana untuk pendidikan agar kita semua dapat mengembangkan potensi secara optimal.” Petisi itu ditandatangani oleh lebih dari 1,5 juta suara.
Tujuannya adalah untuk menunjukkan kepedulian pada para pemimpin dunia agar segera meluncurkan paket pendanaan internasional terbaru senilai US$10 juta di bidang pendidikan bagi penduduk muda yang termarjinalkan di seluruh dunia.
Jika tidak ada tindakan yang segera dilakukan, lebih dari 400 juta anak perempuan di seluruh dunia tidak akan memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh pekerjaan pada 2030.
The International Commisison on Financing Global Education Opportunity (the Education Commission) memperkirakan bahwa mulai 2030, lebih dari separuh anak-anak dan generasi muda di seluruh dunia—atau sekitar 800 juta orang—tidak akan memiliki keterampilan dasar yang diperlukan untuk memasuki angkatan kerja modern.
Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global, Gordon Brown, mengatakan menjelang 2100, seluruh negara baru akan dapat mencapai target ke 4 dari Sustainable Development Goals (SDG 4) yaitu terpenuhinya pendidikan dasar dan sekunder.
“Di balik data ini, bisa dibayangkan wajah-wajah yang memilukan. Di Indonesia, 85% anak perempuan terpaksa putus sekolah. Sebagian dari mereka terpaksa memasuki ikatan pernikahan, tanpa harapan untuk meneruskan sekolah atau membangun masa depan lebih baik bagi keluarga mereka,” paparnya dalam siaran pers, Jumat (11/5/2018).
The International Finance Facility for Education akan bekerjasama dengan sejumlah negara untuk bersama-sama mengumpulkan pendanaan pendidikan yang terbesar dalam sejarah dan memberdayakan generasi berikutnya untuk mengambangkan potensi mereka secara optimal.
Generasi muda yang tergabung dalam upaya ini merasa geram melihat tidak ada kemajuan yang pesat dalam bidang pendanaan yang tidak bisa menandingi kecepatan dari pertumbuhan pendanaan bagi pendidikan.
Tanpa dukungan dan bantuan internasional, Indonesia akan memerlukan pendanaan pendidikan yang berlipat ganda, dari sekitar US$33 Juta hingga menjadi US$80 Juta pada 2030, agar dapat memberikan kesempatan pendidikan bagi semua.
Dukungan internasional telah menurun dari 13% dari bantuan keseluruhan, hingga menjadi hanya 10%. Seluruh bantuan pendidikan bagi seluruh negara-negara berkembang hanya sejumlah US$10 per anak.
Hari ini di Persatuan Bangsa-Bangsa, perwakilan generasi muda dari Nepal, Kenya dan Sierra Leone membawa petisi internasional yang didukung oleh lebih dari 1,5 juta orang yang menginginkan perubahan dan adanya tindakan.
Petisi ini dikumpulkan oleh sejumlah generasi muda yang bekerja dalam sejumlah organisasi, termasuk jaringan Theirworld dari 900 Global Youth Ambassadors yang ada di 90 negara, BRAC di Bangladesh, dan Idara-e-Taleem-o-Aagahi di Pakistan.
Mereka akan bertemu dengan Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres, Utusan Khusus PBB Gordon Brown, President of the Inter-American Development Bank Luis Moreno, serta Vice President dari Bank Dunia untuk Pembangunan Manusia Annette Dixon untuk membicarakan pendanaan bagi pendidikan.
The International Finance Facility for Education dapat membantu negara-negara seperti Indonesia dalam menjembatani kesenjangan antara pendanaan pendidikan dan kebutuhan untuk memberikan kesempatan bagi setiap anak untuk memperoleh pendidikan.
The Facility, merupakan upaya yang diupayakan oleh Sekretaris-Jendral PBB, akan membuat bantuan pendanaan lebih efektif dengan mengoptimalkan dan memaksimalkan dampak dari sumber dana melalui Bank Dunia dan bank pembangunan wilayah lainnya, untuk menyediakan tambahan sejumlah dana agar sebanyak 20 juta anak dapat melanjutkan pendidikannya, pada tahap awal ini.
Negara-negara tersebut dapat memperkuat dampak tersebut dengan meningkatkan pendanaan mereka sendiri serta tentunya melakukan reformasi dalam mengatasi krisis pendidikan di negara mereka.
”Dalam dunia yang semakin cepat berubah ini, kita tidak dapat membiarkan sebanyak 250 juta gagal memiliki keterampilan dasar. Dalam dekade yang akan datang, sekitar satu juta anak muda akan memasuki angkatan kerja. Mereka semua memerlukan pendidikan sehingga mereka mampu membangun dunia yang damai, makmur, berdaulat dan memberikan kesempatan bagi semua orang. Itu sebabnya, usulan program baru International Finance Facility for Education sangatlah penting,” kata Antonio Guterres.
Sejarah membuktikan bahwa upaya-upaya inovatif dan kolaboratif yang dilakukan secara global akan membawa dampak yang sangat besar. Sekitar lima belas tahun lalu, kolaborasi semacam itu menghasilkan kemampuan dan terobosan baru dalam bidang kesehatan dan telah menyelamatkan jutaan jiwa.
Memberikan kesempatan pendidikan secara universal tentunya juga akan membantu peningkatan GDP per capita di negara-negara berpenghaslan rendah hingga 70% pada 2050. The Facility akan membuat apa yang sebelumnya dianggap tidak mungkin.