Bisnis.com, JAKARTA – Program pembangunan hunian di Jakarta, yaitu rumah susun sewa harus memakai konsep hunian ramah lingkungan atau greenbuilding.
COO Green Building Council Indonesia Iparman Oesman mengatakan Indonesia sebenarnya sudah menjadi salah satu negara yang berhasil mensertifikasi low cost housing alias rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebagai bangunan berkonsep green building. Salah satu contohnya adalah rumah susun sewa atau rusunawa di Daan Mogot, Jakarta Barat.
“Rusunawa di Daan Mogot itu salah satu contoh rumah low cost housing yang menerapkan hunian green building,” jelas Iparman kepada Bisnis, Senin (21/5/2018).
Dia mengatakan selama ini konsep green building sangat umum diterapkan pada bangunan-bangunan gedung bertingkat tinggi atau high rise. Misalnya seperti gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan. Menurut Iparman, terobosan yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu seharusnya diteruskan dalam proyek-proyek pembangunan rusunawa selanjutnya.
“Jadi banyak orang luar negeri justru mengakui, di negara mereka tidak ada low cost housing yang bersertifikasi green building. Baru di Indonesia ini yang mesertifikasi bangunan untuk low cost housing,” katanya.
Adapun yang perlu dipikirkan dalam penerapan green building pada hunian MBR adalah biaya pemeliharaan atas sejumlah aset yang dipasang. Dia beralasan, biaya sewa rusunawa cenderung sangat murah, seperti di Rusunawa Muara Angke diperkirakan hanya Rp150.000 per bulan per unit dengan tipe rumah 36. Sementara, biaya pembangunan hunian green building tidaklah murah.
Baca Juga
Sebagai contoh, salah satu komponen utama green building adalah penggunaan energi yang efisien. Ada pun green building harus menggunakan lampu atau penerangan LED yang tidak menyerap energi besar. Sayangnya, biaya investasi untuk pengadaan LED juga tidaklah murah.
“Sekarang tinggal bagaimana tanggung jawab pemerintah selaku pemilik bangunan untuk mengakomodasi biaya pemeliharaan rusun,” terang Iparman.