Bisnis.com, JAKARTA -- Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan target pertumbuhan ekonomi tahun ini sulit tercapai dikarenakan rendahnya pertumbuhan uang beredar.
Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat pada Maret 2018. Posisi M2 tercatat Rp5.394,9 triliun pada Maret 2018 atau tumbuh 7,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,3% secara year-on-year (yoy).
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan pertumbuhan M2 sangat erat dengan seberapa besar kemampuan ekonomi suatu negara untuk tumbuh.
"Dengan pertumbuhan M2 yang semakin kecil ini, kemungkinan besar target pertumbuhan ekonomi juga sulit tercapai," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (23/5/2018).
Menurut Pieter, pertumbuhan M2 yang lambat turut disebabkan oleh Bank Indonesia (BI) yang masih sangat konservatif dalam pengendalian M2. Ditambah, kebutuhan masyarakat terhadap kredit yang masih rendah.
Adapun pertumbuhan penyaluran kredit dalam tiga bulan pertama 2018 masing-masing adalah 7,4%, 8,2%, dan 8,5%, atau masih lebih rendah dari target 10%-12%.
"Jadi, memang keduanya saling berkaitan, kredit rendah dan proses penciptaan uang rendah," imbuhnya.
Namun, dalam hal ini pemerintah juga mempunyai peran yang sangat penting. Pieter berharap pemerintah dapat cepat merealisasikan insentif kebiljakan fiskalnya, sehingga penyaluran kredit dan proses penciptaan uang dapat lebih cepat.
Menurutnya, rasio ideal M2 terhadap PDB adalah 100%, sedangkan M2 Indonesia saat ini belum sampai 40%.