Bisnis.com, JAKARTA - Pakar Manajemen Perubahan sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali meluncurkan buku terbarunya, "The Great Shifting".
Buku ini membahas tentang kelanjutan dari gelombang disruption ke era shifting (pergeseran).
Setahun yang lalu, buku "Disruption" telah hadir lebih dulu dan menimbulkan pertanyaan "ke mana muara dari inovasi disruptif?", di buku "The Great Shifting" inilah Founder Rumah Perubahan itu memaparkan jawabannya.
"Perekonomian Indonesia menghadapi era Shifting sebagai kelanjutan dari gelombang disruption," ujar Rhenald ketika ditemui Bisnis dalam peluncuran buku "The Great Shifting" di Rumah Perubahan, Bekasi, Sabtu (21/7).
Menurutnya, ada kekhawatiran pada banyak usaha nasional yang berpotensi gagal memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi baru akibat disrupsi. Hal ini lantaran lemahnya pemahaman dunia usaha terhadap maraknya resistensi dari pelaku-pelaku usaha lama terhadap perubahan.
Lewat kajiannya, Rhenald menunjukkan sejumlah peristiwa shifting yang terjadi dalam berbagai bidang usaha, mulai dari industri pelayanan keuangan dan perbankan, mainan, pariwisata, esteem economy, hiburan, asuransi, hingga pendidikan dan kebudayaan.
"Ketika pendapatan masyarakat meningkat, sejumlah produk akan menjadi barang inferior. Dan ini menunjukkan kegagalan para CEO dalam membaca shifting dan terperangkap dalam a blame trap karena terlalu percaya pada pernyataan pelemahan daya beli," ungkapnya.
Menurut hematnya, yang terjadi saat ini bukanlah daya beli yang turun, namun selera masyarakat yang berubah. Ini menjadi salah satu bentuk shifting. Jika daya beli benar turun, harusnya yang terjadi seluruh lini penjualan akan melemah -seperti saat krisis moneter 1998-, sementara yang saat ini terjadi adalah sebuah shifting cara berbelanja, sebuah perubahan channel.