Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik mencatat produksi manufaktur mikro dan kecil pada industri karet, barang dari karet dan plastik hingga triwulan II/2018 turun hingga 3,45% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y-o-y). Jika melihat kinerja secara triwulan, produksi anjlok lebih dalam hingga 5,57%.
Kondisi ini justru berkebalikan dengan industri sedang dan besar. Data BPS menunjukan pertumbuhan sektor ini sangat baik dimana secara tahunan mencapai 17,28% secara y-o-y. Meski secara triwulan hanya tumbuh 0,23%.
Gati Wibawaningsih, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian menuturkan dari data ini terlihat tidak terdapat ekosistem yang saling mendukung antara industri kecil dan industri menengah sampai besar pada IKM karet dan plastik. Tekanan bagi IKM juga semakin besar karena kecepatan kemajuan teknologi dalam industri karet dan plastik.
“Terbatasnya permodalan sehingga membuat produktifitasnya [IKM] rendah,” kata Gati, Selasa (2/8/2018).
Gati mengatakan pihaknya akan mendorong program link and match antara industri besar dengan IKM. Dengan pola ini maka IKM akan memiliki pasar yang lebih pasti untuk supply ke industri besar selain ke pengguna akhir. Selama ini produk IKM belum memiliki pasar yang pasti yang bisa menjadi jaminan penyerapan produk yang dihasilkan sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk tetap tumbuh.
“Karakteristik usaha IKM karet dan plastik biasanya langsung ke end user sedangkan industri juga suplai sebagai bahan produksi industri hilirnya [pabrik terpadu],” katanya.