Bisnis.com, JAKARTA — Colliers Indonesia menyoroti adanya kemungkinan tingkat keterisian atau okupansi hotel di Bali terancam berkurang imbas konflik Timur Tengah yang berkepanjangan.
Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto menjelaskan potensi penurunan okupansi itu terjadi akibat berkurangnya wisatawan mancanegara (Wisman) khususnya yang berasal dari wilayah Eropa.
"Kemarin pada saat terjadi konflik Iran dan Israel memang ada potensi kehilangan pasar Eropa dalam jumlah yang lumayan," kata dalam Virtual Media Briefing Kuartal II/2025, dikutip Senin (14/7/2025).
Meski demikian, dia mengaku belum dapat mengantongi data secara pasti berapa tingkat pelemahan okupansi hotel di Bali akibat dari pecahnya konflik Timur Tengah tersebut. Dia menegaskan, angkanya baru dapat diungkap secara pasti apabila tren tersebut berlanjut hingga kuartal III/2025.
Lebih lanjut, Ferry menjelaskan bahwa Bali memang masih menjadi salah satu destinasi wisata prioritas para wisatawan mancanegara.
Dalam paparan yang disampaikan, Wisman asal Inggris menjadi kontributor utama dengan persentase mencapai 4,8% sepanjang 2025. Kemudian, Rusia mencapai 3,6% dan Perancis 3,5% dari total kunjungan wisatawan mancanegara yang tembus hingga 600.000 pengunjung sepanjang Kuartal II/2025.
Baca Juga
Kemudian, disusul wisatawan asal Jerman dengan persentase mencapai 2,8% dan terakhir yakni wisatawan asal Belanda dengan total mencapai 2% dari total kunjungan wisatawan asing.
Dengan demikian, Colliers menyebut pariwisata Bali akan sulit menghadapi ketidakpastian tanpa didukung oleh akselerasi wisatawan domestik.
Untuk itu, dia berpesan agar pemerintah dapat menjaga daya beli wisatawan domestik. Salah satunya dengan menyelesaikan masalah tingginya harga tiket pesawat domestik.
"Pariwisata Bali akan sulit tanpa dukungan wisatawan domestik. Namun, masih ada PR besar untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan domestik yakni harga tiket pesawat," ujarnya.
Lebih lanjut, Colliers juga mengungkap bahwa tingkat keterisian rata-rata bulanan perhotelan di Bali ada di kisaran 70% hingga 75%. Posisinya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang berhasil melampaui 75%.
"Tapi kalau dilihat dari tingkat rata-rata harga [sewa] bulanan memang sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun-tahun sebelumnya [saat ini tembus US$150]," pungkasnya.