Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengkonfirmasi telah terjadi pengurangan lahan tanam tebu sebanyak 20.000 ha pada periode 2016-2017.
Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Agus Wahyudi membenarkan telah terjadi pengurangan luas tanam yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan.
"Iya ada pengurangan angka pastinya kurang hapal saya. Tapi sekitar 447.000 ha pada tahun 2016 menjadi 430.000 ha. [Pengurangan] sekitar 20.000-an kira-kira," katanya pada Kamis (2/8).
Agus juga mengindikasikan bahwa belum ada pertambahan luas tanam tebu di Jawa, karena sejauh ini belum ada perbaikan signifikan.
Menurutnya, pengurangan lahan tanam tebu di Jawa disebabkan oleh banyak faktor.
"Tahun 2017 itu banyak kejadian yang tidak kondusif bagi petani. Mulai dari soal gula nggak sesuai SNI, penyerapan Bulog terlambat sehingga gula tidak lagi memenuhi SNI, juga karena harga lelang tebu [yang dibawah harga produksi]," katanya.
Baca Juga
Harga beli di tingkat petani yang rendah menjadi pemicu utama petani tidak mau menanam tebu dan mengalihkannya ke komoditas pertanian lainnya. Agus mengatakan otomatis petani akan mengambil opsi komoditas yang paling menguntungkan. Selain itu, beberapa pabrik giling juga tidak beroperasi pada saat itu yang semakin mempersempit ruang penjualan tebu hasil petani.
Meski terjadi pengurangan lahan tanam, Agus meyakini itu tidak akan mengganggu produksi pada tahun ini karena masa tanam mendapat dukungan cuaca yang baik. Dengan begitu produktivitas tanaman dapat ikut terkerek.
"Meski lahan berkurang, karena cuaca mendukung produksi kita tahun ini kemungkinan bisa naik. Mudah-mudahan naik ke 2,2 juta ton dan produktivitas gula bisa di atas 5 ton per hektare. Musim keringnya tahun ini sangat mendukung," pungkasnya.