Bisnis.com, JAKARTA— Tarif rata-rata hotel-hotel di Surabaya menurun dengan adanya jumlah kamar hotel baru yang terus bertambah, sementara tamu yang menginap cenderung stagnan.
Senior Research Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan tarif rata-rata harian telah menurun sejak sejak 2014 hingga year to date 2018 menjadi US$46 dari sebelumnya US$60.
“Persaingan juga bisa dikatakan ketat. Tak hanya antara sesama hotel, melainkan juga apartemen yang disewakan melalui online travel agent. Keberadaan mereka merupakan ancaman buat hotel bintang tiga," jelasnya dikutip Selasa (7/8/2018).
Pasokan baru yang masuk di ibu kota Jawa Timur itu hingga kuartal II/2018 SEBANYAK tiga hotel. Jika diperinci dua di antaranya hotel bintang tiga yakni Great Hotel Diponegoro dengan 90 kamar dan Batiqa Darmo dengan 87 kamar. Satu hotel lainnya berklasifikasi bintang empat yakni Novotel Samator Surabaya Timur dengan kamar sebanyak 249 unit.
Dengan beroperasinya hotel-hotel baru ini berkontribusi terhadap jumlah pasok kumulatif menjadi 12.711 kamar. Minimnya pasokan baru ini JUGA dipicu masalah keuangan internal dari para investor hotel, dan peraturan bank yang kian ketat dalam mengucurkan kredit konstruksi.
Hingga 2018 masih ada dua kelas hotel bintang tiga dan empat yang mencakup 1.428 kamar, sehingga proyeksi total kamar sebanyak 14.139 kamar.
Baca Juga
Sementara untuk 2019, Colliers mencatat, akan ada 988 kamar baru dari hotel berkelas bintang tiga, empat dan lima. Komposisinya masing-masing 100 kamar, 484 kamar, dan 404 kamar.
Selanjutnya, pada 2020 ada tambahan 488 kamar dari hotel bintang 3 sebanyak 288 kamar dan bintang lima 200 kamar. “Proyeksi ADR berada di angka 46 dollar AS dengan hunian atau average occupancy rate (AOR) 55%,” imbuhnya.