Bisnis.com, JAKARTA – Ciputra Group memastikan proyek New Town II akan meluncur pada kuartal IV tahun ini dengan kenaikan harga sekitar 25%.
Senior Director Ciputra Group Artadinata Djangkar mengatakan tahun ini, tepatnya pada kuartal IV tahun ini perseroan akan meluncurkan proyek New Town II. Dia menyebut, ada sedikit kenaikan harga dari New Town I dengan New Town II, yang awalnya berkisar Rp800 juta, sekarang per unitnya mencapai Rp1 miliar atau setara dengan 25%.
“Optimistis New Town II tahun ini,” ungkap Artadinata di Ciputra Artpreneur, Jumat (26/8/2018).
Tak hanya itu, Artadinata menyebut bahwa perijinan untuk proyek New Town II yang berlokasi di Kuningan ini juga hampir selesai. Dia mengatakan, unit New Town II ini adalah arena hunian yang akan sangat diminati oleh pekerja millennials yang fokus pada sektor e-commerce.
Artadinata berharap agar harga yang dipasang kali ini cukup terjangkau untuk pekerja muda di sektor e-commerce. Apalagi, kata Artadinata, lokasi ini tak jauh dari Tokopedia Tower dan masih berada di kawasan pusat bisnis (central business district/CBD) Kuningan, Jakarta Selatan.
Dia juga menjelaskan, bahwa saat ini Ciputra Group sedang menjalankan proyek tower keempat dari Office Tower Ciputra International Puri. Menurut Artadinata, saat ini ada kecenderungan high rise building terkena dampak karena terpukul. Selain hunian vertikal, rumah tapak juga sempat terdampak dengan kondisi properti yang sempat melemah.
Baca Juga
Meskipun begitu, salah satu apartemen yang dikelola Ciputra Group dan meraih okupansi cukup baik misalnya Somerset, dengan Raihan 85% pada semester I/2018 ini.
Sebelumnya, CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda mengatakan realisasi investasi asing sektor properti saat ini angkanya masih jauh lebih tinggi ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Kondisi tersebut dipicu oleh aturan perizinan rumit yang dipangkas oleh pemerintah melalui one single submission (OSS).
Meskipun demikian, Ali tak menampik hasil dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menyebut realisasi investasi kuartal II ini cenderung naik tipis hanya sekitar 3%. Ada pun kondisi dia prediksi karena pengalihan minat investor ke perumahan vertikal ketimbang rumah tapak.
"Kalau spesifik perumahan dan kantor memang tidak terlalu banyak. Investor asing lebih memilih apartment," kata Ali kepada Bisnis.