Bisnis.com, TANGERANG SELATAN – Indonesia Young Architect atau IYA menyelenggarakan pameran 38 desain rumah seluas 100m2 atau rumah 1 are di Bali guna mengatasi keterbatasan lahan.
Founder Komunitas Indonesia Young Architect (IYA) Andesita Oki mengatakan pada pameran HOMEDEC 2018 ini, pihaknya meluncurkan pameran desain rumah 100m2 atau yang biasa disebut rumah 1 are di Bali. Rumah 1 are adalah inisiatif komunitas IYA untuk mengatasi keterbatasan lahan. Dia menyebut pameran ini memiliki 38 desain dari total ada sekitar 40 desain yang masuk ke IYA dan berhasil diseleksi hanya 50%.
Andesita menyebut ide rumah 1 are ini mengacu pada riset yang mengatakan pada 2030, sekitar 65% populasi dunia akan tinggal di daerah perkotaan termasuk di Indonesia. Peningkatan populasi dan keterbatasan lahan membuat persaingan yang menaikkan harga tanah. Andesita menyebut pilihan luas 100m2 digunakan sebagai skala metric untuk keperluan ukuran atau jual beli tanah. Sehingga, rumah 100m2 bisa menjadi acuan rumah di masa depan.
“Ada 5 skenario penghuni rumah 100m2 dan 3 lokasi lahan atau tapak yang dihadirkan dalam pameran ini, dan diharapkan untuk menghadirkan karya arsitektur rumah yang dapat menginspirasi publik serta memberikan wawasan baru bagi arsitek muda Indonesia,” jelas Andesita di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Kamis (6/9/2018).
Andesita menyebut dari tota 40 karya, ada konsumen yang paling banyak memilih desain rumah nomor 3. Ada pun rumah dengan desain nomor 3 bernama rumah 101 House, dimana konsep rumah adalah juga membuka ruang di dalam lahan untuk berbisnis jasa.
“Dia menyebut konsep rumah ini memberi gambaran bagaimana rumah hanya dengan 100m2 bisa mengakomodasi penghuni berjualan, sekaligus juga guest house tanpa ganggu privasi. Sebab ceritanya di dalam rumah ini, istri berjualan dengan membuka warung, sementara suaminya membuka bisnis travel agent,” tutur Andesita.
Baca Juga
Salah satu Founder Komunitas IYA yang juga masuk dalam 38 desain rumah 1 are, Charles Dewanto mengatakan pihaknya adalah perancang yang menyajikan konsep kerangka bangunan rumah untuk keluarga muda, yang baru saja menikah. Rumah ini juga dia desain sebagai rumah yang menyediakan ruang mata pencaharian, misalnya dengan ruang untuk kios atau coffee shop.
“Kami memang menargetkan ke millennials karena itu juga problem yang kami hadapi selaku arsitek muda yang membutuhkan rumah. Ini juga concern arsitek yang tidak hanya di Bali, tetapi juga di Jakarta,” kata Charles.
Dia menyebut konsep penyusunan gambar dan pembangunan rumah 1 are ini mengadopsi peraturan daerah dan regulasi dari pemerintah terkait. Misalnya saja, selain memakai lahan seluas 100 m2, tinggi bangunan juga tidak boleh lebih dari 15 meter sesuai peraturan dari Pemerintah Provinsi Bali.
Sebagai informasi, 38 desain rumah 1 are ini terbagi atas 5 jenis penghuni. Pertama, adalah rumah dengan klien professional millennial family. Golongan ini adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua orang anak. Ayah bekerja sebagai bapak rumah tangga yang mengelola bisnis online. Ibu adalah seorang dokter.
Kedua, adalah klien single dimana konsep rumah ini adalah untuk perempuan ataupun pria yang single dan berkarir di Bali. Waktu luang biasa digunakan untuk bermain musik bersama komunitasnya. Ketiga, adalah klien international family, dimana pasangan ini diceritakan sebagai keluarga campuran Bali dan warga asing. Pasangan ini menetap di Bali, tidak memiliki anak, namun memelihara dua ekor hewan yaitu satu ekor kucing dan satu ekor anjing.
Keempat adalah productive family, dimana klien ini digambarkan sebagai pasangan suami-istri yang baru menikah dan membuka bisnis bersama. Kelima, adalah klien multi generation familu, yaitu keluarga besar yang terdiri dari sepasang kakek-nenek, dua anak, dan seorang menantu, dan satu orang cucu.