Bisnis.com, JAKARTA – Para arsitek di Bali memprediksi biaya pembangunan rumah di Bali saat ini berkisar antara Rp500 juta sampai Rp1 miliar per unit.
Widi Adnyana, anggota komunitas Indonesian Young Architect (IYA) yang merancang desain rumah untuk 3 generasi dengan luas 100 meter persegi menyatakan harga tanah di Bali saat ini sangat elastis. Namun rata-rata berkisar Rp4,5 juta meter persegi paling kecil. Alhasil untuk membangun satu rumah dengan tinggi maksimal 15 meter saja membutuhkan biaya minimal Rp500 juta.
“Harga standar di Bali sekitar Rp4,5 juta per meter persgei. Kalau bisa lebih rendah dari standar itu kualitas konstruksi di atas tanah itu seadanya, aluas kurang bagus dan tidak sesuai ekspektasi,” jelas Widi kepada Bisnis pekan lalu.
Widi menyebut desain rumah 3 generasi itu belum jadi tetapi sudah terpilih sebagai 40 karya terbaik rumah 1 are alias rumah dengan luas 100 meter persegi. Dia mengatakan saat ini di Bali sangat banyak porsi generasi millennials yang ingin mencari rumah.
Dikutip dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat sepanjang 2016 sampai 2017, sejumlah kabupaten yang mengalami kenaikan biaya konstruksi berada di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng, dan Kota Denpasar. Sementara wilayah yang mengalami penurunan biaya konstruksi adalah Kabupaten Klungkung, dan Kabupaten Karangasem.
BPS Provinsi di Bali jumlah millennials usia 20-24 tahun yang sudah terserap dalam dunia kerja pada 2017 berjumlah 212.768 orang dengan rincian 107.946 laki-laki, dan 104.822 adalah perempuan. Untuk angkatan kerja usia 25-29 tahun di Bali sebanyak 261.456 orang, dengan rincian 145.499 laki-laki dan 115.957 perempuan. Untuk usia 30-34 ada 276.623 orang, dengan rincian 159.138 laki-laki dan 117.485 perempuan.
Baca Juga
“Di Bali ini cukup banyak generasi muda yang baru menikah ingin punya rumah, namun uangnya terbatas, dan mereka enggan keluar dari orangtuanya. Jadi ini tantangan buat mereka bisa membangun rumah idaman sesuai mau mereka,” tutur Widi.
Dia menilai, kadangkala desain rumah yang disajikan oleh pengembang di Bali belum menjawab keinginan millennials. Banyak rumah dengan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) yang diberikan pengembang dan perbankan layout rumah tidak sesuai dengan gaya hidup mereka.
“Mereka cenderung mencari arsitek untuk membuat desain sesuai karakter mereka,” tutur Widi.
Dia menambahkan, umumnya rumah-rumah di Bali adalah rumah tradisional yang mempunyai tata letak dan bangunan yang luas dan hanya satu lantau saja. Beberapa keunikan lain adalah menempatkan dapur di bagian depan, ada ruang bersama, ada ruang yang sengaka dibuat lebih kotor, dan ada area suci.