Bisnis.com, JAKARTA – Arsitek J+A menilai kunci dari rumah tahan gempa terletak pada struktur bangunan yang kokoh dan pondasi dan kerangka yang tidak hanya mengandalkan batu bata dan beton.
Jessica Auditama, arsitek J+A Design Studio mengatakan semua rumah di Indonesia seharusnya memakai struktur bangunan yang tahan gempa. Hal ini adalah konsekuensi di Indonesia sebagai negara yang berada di lokasi rawan gempa dengan skala yang cukup besar. Dia berpendapat, rata-rata bangunan roboh di lokasi gempa seperti Lombok ataupun Aceh disebabkan oleh pondasi bangunan yang tidak tepat.
“Prinsip struktur bangunan, baik itu wajib, prinsip bangunan yang strukturnya baik itu tidak akan roboh, mungkin kalaupun skala gempa sangat besar hanya retak saja,” jelas Jessica, pekan lalu.
Baca Juga
Dia mengatakan sebelum membangun, kontraktor dan arsitek perlu memahami struktur tanah dan data soal karakteristik lokasi tersebut. Dia menilai gempa di bawah 7 skala richter sebenarnya bisa tidak merusak bangunan jika desain rumah dan komponen beban diperhatikan dengan serius oleh perancang bangunan.
“Misalnya di Jepang, konstruksi khusus tahan gempa, Indonesia bisa mulai menerapkan itu belajar dari Jepang, karena sama-sama rawan gempa,” terang Jessica.
Jessica yang merupakan bagian dari komunitas Indonesian Young Architect (IYA) bergabung dalam 38 karya terbaik untuk membangun rumah seluas 100 meter persegi atau rumah 1 are di Bali. Ada pun model rumah yang dirancang oleh Jessica dan J+A Design adalah rumah untuk keluarga professional, yang mana pasangan suami-istri bekerja dengan satu orang anak.