Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah, stakeholder dan masyarakat perlu mewaspadai kemunculan Penyakit Infeksi Baru (PIB) yang mengancam kesehatan manusia dan hewan.
Pasalnya, dalam 30 tahun terakhir, PIB semacam Flu Burung, Ebola, MERS-COV, Zika Virus maupun SARS menjalar mencakup geografis yang luas, mengancam manusia dan menimbulkan kerugiaan ekonomi yang tinggi. Dalam hal ini, pemerintah bersepakat menyatukan kerja sama lintas kementerian yang melibatkan para ahli medis, aparat, dan masyarakat.
Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fadjar Sumping mengatakan pengendalian PIB dan penyakit zoonosis bergerak menuju konsep ‘One Health’, yaitu upaya kolaboratif dari berbagai profesi ilmu kesehatan, bersama dengan dengan disiplin ilmu dan institusi yang berhubungan serta bekerja di tingkat lokal, nasional dan global.
Menurutnya, konsep one health dimaksudkan untuk mencapai tingkatan kesehatan yang optimal bagi masyarakat, hewan, dan lingkungan. Penanganannya tidak lepas dari tiga sektor penting, yaitu: satwa liar, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat.
Fadjar Sumping menjelaskan, kemunculan PIB dan zoonosis, erat kaitannya dengan peningkatan populasi manusia dan hewan dan ternak, arus urbanisasi yang tinggi, perubahan sistem pertanian dan alih fungsi lahan atau kerusakan hutan, serta globalisasi perdagangan hewan.
“Adanya kasus penyakit di satwa liar, kemungkinan dapat menularkan ke hewan domestik atau langsung ke manusia, sehingga memerlukan usaha mitigasi resiko. Komponen penting mitigasi ini adalah kemampuan untuk mendeteksi, melaporkan, dan memberi respons awal, sehingga pengendalian penyakit dapat dilakukan di sumber sebelum menginfeksi atau menularkannya ke hewan lain atau bahkan ke manusia,” katanya Senin (11/5)
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis (P2TVZ) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penyakit zoonosis itu sangat sulit ditemukan obatnya. Misalnya, flu burung saat ini hanya bisa disembuhkan oleh obat Tami Flu.
Oleh karena itu, poin penting yang menjadi keutamaan dari one health yaitu early detection, early reporting dan early response mutlak untuk ditingkatkan di semua sektor. “Kerja bersama lintas elemen menjadi dasar terwujudnya dan terlaksananya one health," terangnya.
Team Leader FAO ECTAD Indonesia James McGrane menambahkan konsep one health mudah diucapkan, tapi sulit melaksanakannya. Semua pihak, lanjutnya, harus membangun empati sosial dan semangat kekeluargaan yang kuat, sehingga semua elemen sosial dari berbagai pemangku kepentingan menyatu.
Dia berharap realisasi one health di Indonesia lebih fleksibel dengan tetap menjaga standard dan kualitas pelaksanaan. “ Saya melihat realisasi pengendalian rabies di Bali yang dilakukan Kementerian Pertanian, FAO, dan lainnya. Di sana terlihat keberhasilan menyusun Tata Laksana Gigitan Terpadu (Takgit) yang membuat penanganan rabies lebih cepat,” ujarnya.
Menurutnya konsep tersebut merupakan upaya strategis untuk menjauhkan Indonesia dari ancaman serangan penyakit berskala global atau pandemik.