Bagaimana Anda menggambarkan lini bisnis PT Berkarya Makmur Sejahtera?
Saat ini, bisnis utama lebih ke ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan yang sudah berjalan yaitu Goro, yang berasal dari singkatan Gotong Royong. Goro merupakan pusat grosir dan menjalin kemitraan dengan produsen. [Hal] yang kita bentuk adalah komunitasnya.
Untuk bisnis pangan, Goro sudah terbentuk dari Oktober 2018, dan kini punya lima cabang. Saat ini, Goro juga menjadi mitra 69 warung, dan lebih dari 300 komunitas di seluruh Indonesia.
Di bisnis properti, kami baru saja bekerja sama dengan Bin Zayed Group dari Dubai untuk proyek rumah murah. Jadi sementara yang sudah berjalan ialah bisnis pangan dan papan [perumahan]. Nanti untuk yang kerja sama dengan Dubai, bisa memakai PT Berkarya Makmur Sejahtera atau membentuk anak usaha PT Berkarya Makmur Sejahtera Properti. Skema kerja sama akan kami matangkan dalam 3 bulan ke depan.
Bagaimana rencana ekspansi perusahaan pada 2019?
Di sektor pangan, Goro akan buka enam cabang besar dari sebelumnya lima, sehingga bertambah menjadi 11 unit. Daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat sudah ada, tinggal lebih banyak kemitraan saja. Dalam 3 bulan ke depan, kami menjajaki di Sumatra dan Kalimantan. Kami juga mencoba buka di Depok yang padat penduduk.
Untuk properti fokusnya ke rumah murah. Kebetulan saya kenal pihak Bin Zayed, setelah berdiskusi dan ketemu chemistry-nya, maka sepakat untuk bekerja sama. Rencananya akan mengembangkan rumah murah hingga 500.000 unit—1 juta unit per tahun.
Bin Zayed berencana mengucurkan dana US$3 miliar—US$5 miliar. Selain rumah murah, kerja sama juga akan diarahkan ke energi terbarukan dan properti komersial. Bin Zayed sudah berekspansi ke sejumlah wilayah seperti Afrika, India, dan Pakistan. Semua bisnis mereka di negara-negara itu mencakup bidang properti, energi, serta minyak dan gas.